Minggu, 04 Juli 2010

Semangkuk mie ayam

“Maaf, boleh saya duduk disini? Sebab tempat duduk yang ada dikantin penuh semua.” Seorang murid perempuan tiba-tiba berdiri dihadapanku dengan sebuah mangkuk mie ayam di tangannya
“Oh? Silahkan-silahkan”
“Hmm… Kamu biasa makan disini yah?” perempuan itu bertanya kepadaku
“Hah? Iya nih, abis beli makanan di kantin selalu dimakan disini, soalnya dikantin penuh melulu, yaudah aku makan disini aja.”
“Kamu selalu makan disini?” perempuan ini bertanya heran kepadaku seraya memakan makanannya
“Iyah, aku selalu menghabiskan waktu istirahatku disini.”
“Kenapa kamu suka sama tempat ini? Kan tempat ini sepi?” tanya perempuan itu
“Hmm… kenapa yah? Aku juga bingung kenapa enjoy buat makan disini, mungkin karena sepi itu aku suka tempat ini.”
“Karena sepi?” perempuan itu bertanya kembali dengan muka heran seolah-olahaku menjawab dengan alasan yang sangat tidak logis.
“Ya! Karena sepi makanya aku suka tempat ini, kalau aku duduk di bangku taman ini suasana sepinya membuat hatiku tenang.”
“Oh begitu ya, oiya!! Perempuan itu berseru dengan mimik muka terkejut.
“Kenapa?” aku pun menjadi bingung dibuatnya
“Oh nggak apa-apa kok, cuma lupa aja tanya nama kamu siapa, sebab dari tadi aku tanya-tanya seperti orang yang sudah kenal lama aja. Hehehee.,.,” perempuan itu tersenyum manis sekali
“Perkenalkan nama aku Ramdhan Arya Salahudin” ku perkenalkan namaku di depan seorang murid perempuan manis bermuka bundar dengan rambut lurus sepanjang bahu yang memakai sebuah pita kupu-kupu untuk menghiasi rambut lurusnya
“Nama aku Aryandini Puspita Sari” perempuan itu memperkenalkan namanya
“Aryandini Puspita Sari? Nama panggilannya?”
“Teman-teman lebih sering panggil aku Sari.”
“Sari? Aku panggil kamu Dini saja gimana?
“Sari? Ok nggak masalah kok.”
“Kalau begitu kamu aku panggil Arya saja yah.”
“Silahkan.”

Sabtu, 03 Juli 2010

Ingin rasanya terus berbagi

Seorang pria bertemu dengan seorang gadis di sebuah pesta, si gadis tampil luar biasa cantiknya, banyak lelaki yang mencoba mengejar si gadis. Si pria sebetulnya tampil biasa saja dan tak ada yang begitu memperhatikan dia, tapi pada saat pesta selesai dia memberanikan diri mengajak si gadis untuk sekedar mencari minuman hangat. Si gadis agak terkejut, tapi karena kesopanan si pria itu, si gadis mengiyakan ajakannya.

Dan mereka berdua akhirnya duduk di sebuah coffee shop, tapi si pria sangat gugup untuk berkata apa-apa dan si gadis mulai merasa tidak nyaman dan berkata, “Kita pulang aja yuk…?”.

Namun tiba-tiba si pria meminta sesuatu pada sang pramusaji, “Bisa minta garam buat kopi saya?”
Semua orang yang mendengar memandang dengan ke arah si pria, aneh sekali!
Wajahnya berubah merah, tapi tetap saja dia memasukkan garam tersebut ke dalam kopinya dan meminumnya.

Si gadis dengan penasaran bertanya, “Kenapa kamu bisa punya hobi seperti ini?”

Si pria menjawab, “Ketika saya kecil, saya tinggal di daerah pantai dekat laut, saya suka bermain di laut, saya dapat merasakan rasanya laut, asin dan sedikit menggigit, sama seperti kopi asin ini. Dan setiap saya minum kopi asin, saya selalu ingat masa kanak-kanak saya, ingat kampung halaman, saya sangat rindu kampung halaman saya, saya kangen orang tua saya yang masih tinggal di sana.”

Begitu berkata kalimat terakhir, mata si pria mulai berkaca-kaca, dan si gadis sangat tersentuh akan perasaan tulus dari ucapan pria di hadapannya itu. Si gadis berpikir bila seorang pria dapat bercerita bahwa ia rindu kampung halamannya, pasti pria itu mencintai rumahnya, perduli akan rumahnya dan mempunyai tanggung jawab terhadap rumahnya. Kemudian si gadis juga mulai berbicara, bercerita juga tentang kampung halamannya nun jauh di sana , masa kecilnya, dan keluarganya.

Suasana kaku langsung berubah menjadi sebuah perbincangan yang hangat juga akhirnya menjadi sebuah awal yang indah dalam cerita mereka berdua.

Mereka akhirnya berpacaran. Si gadis akhirnya menemukan bahwa si pria itu adalah seorang lelaki yang dapat memenuhi segala permintaannya, dia sangat perhatian, berhati baik, hangat, sangat perduli …
betul-betul seseorang yang sangat baik tapi si gadis hampir saja kehilangan seorang lelaki seperti itu!

Untung ada kopi asin!

Kemudian cerita berlanjut seperti layaknya setiap cerita cinta yang indah, sang putri menikah dengan sang pangeran dan mereka hidup bahagia selamanya, dan setiap saat sang putri membuat kopi untuk sang pangeran, ia membubuhkan garam di dalamnya, karena ia tahu bahwa itulah yang disukai oleh pangerannya.

Setelah 40 tahun, si pria meninggal dunia, dan meninggalkan sebuah surat yang berkata, “Sayangku yang tercinta, mohon maafkan saya, maafkan kalau seumur hidupku adalah dusta belaka. Hanya sebuah kebohongan yang aku katakan padamu … tentang kopi asin.”

Ingat sewaktu kita pertama kali jalan bersama? Saya sangat gugup waktu itu, sebenarnya saya ingin minta gula tapi malah berkata garam. Sulit sekali bagi saya untuk merubahnya karena kamu pasti akan tambah merasa tidak nyaman, jadi saya maju terus. Saya tak pernah terpikir bahwa hal itu ternyata menjadi awal komunikasi kita! Saya mencoba untuk berkata sejujurnya selama ini, tapi saya terlalu takut melakukannya, karena saya telah berjanji untuk tidak membohongimu untuk suatu apa pun.

Sekarang saya sekarat, saya tidak takut apa-apa lagi jadi saya katakan padamu yang sejujurnya, saya tidak suka kopi asin, betul-betul aneh dan rasanya tidak enak. Tapi saya selalu dapat kopi asin seumur hidupku sejak bertemu denganmu, dan saya tidak pernah sekalipun menyesal untuk segala sesuatu yang saya lakukan untukmu. Memilikimu adalah kebahagiaan terbesar dalam seluruh hidupku. Bila saya dapat hidup untuk kedua kalinya, saya tetap ingin bertemu kamu lagi dan memilikimu seumur hidupku, meskipun saya harus meminum kopi asin itu lagi.

Air mata si gadis betul-betul membuat surat itu menjadi basah. Kemudian hari bila ada seseorang yang bertanya padanya, apa rasanya minum kopi pakai garam?

Si gadis pasti menjawab, “Rasanya manis.”

Kadang anda merasa anda mengenal seseorang lebih baik dari orang lain, tapi hanya untuk menyadari bahwa pendapat anda tentang seseorang itu bukan seperti yang anda gambarkan. Sama seperti kejadian kopi asin tadi.

Tambahkan Cinta dan Kurangi Benci karena terkadang garam terasa lebih manis daripada gula.
(copyed from Zaeni)