Sabtu, 22 Januari 2011

Untukmu Yang Disana (Sepenggal Air Mata Untukmu)

Aku tak percaya lagi.. dengan apa yang kau beri.. aku terdampar disini terpuruk menunggu mati..
Terdengar kembali lagu itu mengalun di radio yang sedang kuputar. Mengorek kembali sebuah kenangan usang dan sebuah luka lama.
Kamu yang namanya tak mampu kusebut
Seperti badai yang mampu mengoyak hatiku lalu menghadirkan pelangi setelahnya

Pesonamu begitu kuat
Seperti serbuk opium yang mampu larutkan isi otakku
Membuatku lupa diri asal bisa bersamamu
Walau aku harus menanggalkan jubah rasa malu dan semua harga diriku

Untukmu yang entah berada dimana
Aku titipkan sepenggal air mata yang telah membeku ini
Untukmu sang “badai dan pelangi” di hatiku
Aku kisahkan kekalahanku ini
Untukku yang telah kau tinggalkan untuk menikah dengan perempuan lain

Sabtu, 15 Januari 2011

Putri Kencana dan Prince

Sekolah baru, suasana baru, semoga saja teman-teman baru disini sifatnya ramah-ramah seperti teman-temanku di Jakarta. Aku berkata dalam hati saat akan memperkenalkan diriku. “Nama aku Sagara Rahayu, aku siswi pindahan dari SMA Negeri 4 Jakarta, salam kenal.” Aku memperkenalkan diriku didepan kawan-kawan baruku di SMA Negeri 11 Surabaya.

“Baik yah anak-anak, ibu tinggal dulu.” Ibu kepala sekolah berkata kepada murid-murid. “Dan kamu Ayu,kamu duduk di bangku keempat baris ketiga dari pintu yah, kamu akan duduk dengan Raden Bayu dan semoga kamu bisa cepat berbaur dengan teman-teman baru kamu yah.” Ucapnya kepadaku

“Iya bu Miranda.” jawabku kepada kepala sekolah baruku ini.

Saat ini aku duduk di bangku SMA kelas 2, mulai hari ini aku akan menjalani kehidupan baru di sebuah kota baru yang belum pernah aku singgahi sama sekali. Aku berharap dalam hati semoga saja aku bisa mendapatkan teman baru secepatnya.

“Hai, salam kenal.” ucapku kepada teman sebangku yang baru

“Salam kenal Sagara” jawabnya cuek dan acuh

Ishh. Dingin banget ini cowok. Pikirku. “Ehmm, kamu panggil aku Ayu aja dan aku manggil kamu Bayu aja gimana?” aku mencoba membangun komunikasi dengan teman pertamaku ini.

Masih menatap buku tanpa menoleh ke arahku. “ya boleh” ucapnya singkat.
Ahh, bakalan runyam nih, punya teman sebangku yang dingin cuek dan acuh kayak begini. Gerutuku. Lalu, tercipta suasana yang tidak mengenakkan antara aku dan Bayu, dan kami melewati waktu sampai istirahat dalam diam.

Kringg…kringg… bel istirahat berbunyi dan murid-murid dikelas berangsur-angsur berkurang dan migrasi ke kantin. Hanya aku, bayu dan beberapa teman-teman yang masih tinggal dikelas. Aku mengeluarkan kotak nasi yang sengaja disiapkan bunda dari rumah dan kulihat juga Bayu mengeluarkan kotak makanan juga dari dalam tasnya.

“Uhmm, kamu setiap hari bawa makanan dari rumah juga Bay?” Aku memulai percakapan

“Iya.” Jawabnya singkat.

“Beneran setiap hari?” tanyaku. “Jadi kamu nggak pernah ke kantin dong?” lanjutku.
Bayu menghentikan suapannya lalu memandang ke arahku. “Aduh, kamu itu cerewet dan banyak omong banget yah, bisa nggak kamu diam.” ketusnya

Uuhhhhh. Nyebelin banget deh ini cowok. Dingin banget. Aduhh bunda, kayaknya aku bakal susah dapet teman baru deh. Teman sebangku aku ini pendiam dan sombong. Ratapku dalam hati.

“Ohh iya deh Bay, maaf yah.” jawabku memendam kesal

****

Sudah hampir 5 bulan aku menjalani kehidupan baruku di Surabaya, aku sudah mendapatkan beberapa teman baru namun Bayu masih saja bersikap dingin kepadaku. Menurut Rinda, teman baruku, cowok berkepala botak ini ternyata memang memiliki sifat yang pendiam, sedikit angkuh dan sombong, maka dari itu aku sering menyebutnya Mr. Angkuh. Mungkin dia bersikap seperti itu karena adalah siswa terpintar dikelas. Aku pun mengakui bahwa dia memang pintar dikelas. Dia menjadi rivalku dalam perebutan juara kelas, aku dan dia seperti minyak dan air. Sekalinya dia berbicara pasti akan membuat aku jengkel karena kata-kata angkuhnya dan kamipun sering terlibat cekcok adu mulut.

Suatu hari saat pengumuman nilai UAS semester pertama kami keluar. Aku, Rinda dan teman-teman yang lain sibuk bertanya dan membandingkan nilai yang kami peroleh. Kulihat hanya Mr. Angkuh saja yang terlihat tidak tertarik untuk membandingkan nilainya.

Aku berjalan ke arahnya. “ Nilai pelajaran Biologi kamu berapa, Bay?” tanyaku kepada Bayu yang sedang membaca sebuah buku.

Ia mendongak dari balik bukunya. Dengan ekspresi datar yang aku benci dia berkata, “Penting yah banding-bandingin nilai?”. “Lagijuga aku yakin nilai aku nggak lebih kecil dari nilai kamu”. Ucapnya lagi.

Ughh. Dasar mr. Angkuh. Aku membatin. “Issh, kamu sombong banget sih. Mang berapa sih nilai kamu.” Tanyaku dengan sedikit kejengkelan. “Nilai aku 95, kamu berapa?” ucapku menyombongkan diri dihadapannya

Mr. Angkuh kembali mendongakkan kepalanya. “Huhh, baru dapat nilai 95 aja sombong, nih nilai aku.” Ucapnya seraya menyodorkan kertas ulangannya.

Aku kaget saat melihat nilai yang dia peroleh. 98 ? Oh God, nilai aku kalah. Aku berkata dalam hati. Lalu aku kembalikan kertas ulangannya dan menampilkan ekspresi kalah. Aku melihat senyum tipis di wajah Bayu, sebuah senyum yang membuatku semakin kesal.

****

Suatu hari kami sekelas pergi study tour ke Kebun Raya Bogor. Lalu disana kami dibagi-bagi menjadi beberapa kelompok yang bertugas untuk meneliti jenis tumbuh-tumbuhan yang ada disana. Entah mengalami mimpi buruk apa aku tadi malam, aku ditempatkan satu kelompok dengan Bayu.

Setelah pembagian kelompok selesai, semua teman-teman sekelompok berkumpul untuk membicarakan tugas dan apa yang harus dilakukan oleh masing-masing anggota. Mr. Angkuh dipilih secara aklamasi sebagai ketua kelompok.

Bayu menyampaikan instruksi-instruksi kepada teman-teman kelompok. Lalu aku mengeluarkan diary kesayanganku dan mencatat instruksi-instruksi yang disampaikan.

Setelah memberikan instruksi, dia berjalan ke arahku dan berbisik, “putri kencana, kamu bantu aku yah, lupakan semua masalah kita dikelas selama ini.”

Deg. Jantungku berdetak hebat, darahku mendesir kencang. Putri kencana? Hanya satu orang di panti asuhan yang memanggilku seperti itu. Seketika aku terlempar pada kenangan yang sudah lama sekali.

Aku adalah anak yang diadopsi oleh bunda Kirana saat berusia 10 tahun. Namun aku sudah tinggal di panti dari kecil. Dan aku baru bisa mengingat kehidupan panti saat umurku 6 tahun. Saat aku di panti sampai aku di jadikan anak angkat Bunda Kirana, aku lebih banyak berdiam diri di kamar dan menulis di buku diary. Tidak seperti teman-temanku yang lainnya yang lebih sering bermain diluar kamar. Namun hanya ada satu teman yang sangat denganku di panti. Aku memanggilnya Prince dan dia memanggilku Putri Kencana, dia juga merupakan anak panti dan seumuran denganku. Setiap hari aku melewati hari-hariku dengan sebuah diary lusuh dan prince. Dia menjadi satu-satunya sahabatku di panti ini. Sampai akhirnya aku meninggalkan dia dan panti saat umur 10 tahun, sejak itu aku tidak mengetahui kabarnya sama sekali. Dan kini dihadapanku mr. Angkuh orang menyebalkan dan sombong ini memanggilku putri kencana.

“Ayu, kamu baik-baik aja?” tanya Bayu yang mengembalikan kesadaranku.

“Prince?” ucapku kepada Mr. Angkuh. “Benar kamu prince yang dulu juga penghuni panti Jerami?” tanyaku kepada Bayu.

Ia mengangguk pelan, “aku juga baru sadar kalau kamu itu putri kencana saat melihat diary yang kamu keluarkan tadi saat kita rapat koordinasi”. “diary yang sama dengan diary yang selalu aku lihat saat aku masih di panti dan aku yakin, bahwa kamu adalah putri kencana yang selalu aku cari.”

Deg. Detak jantung ini semakin cepat. “Prince…”. “Hooii, Bayu…. Rahayu… cepat kemari.. acara penelitian sudah mau dimulai, ayo siap-siap” terdengar suara teman sekelompok kami memanggil kami untuk berkumpul memulai acara.

Lalu acara penelitian dimulai,dan kami pun mengerjakan tugas yang telah di instruksikan tadi. Namun aku tidak fokus dalam mengerjakan penelitian. Kepalaku dipenuhi banyak pertanyaan yang ingin segera dijawab oleh Mr. Angkuh. Bayang-bayangan masa lalu itu masih terus berkelebat dalam pikiranku.

****

21 Maret 2010
Dear Diary sayang,
Hari ini aku resmi jadi pacarnya prince dan aku nggak nyangka banget kalau beberapa hari yang lalu aku baru sadar bahwa Bayu, orang yang angkuh, sombong dan orang yang paling aku sebelin di sekolah adalah prince yang selama ini aku cari-cari. Ya prince adalah Raden Bayu cowok yang jadi rival, sahabat dan pacarku saat ini. Uhmm Diary… Ternyata Mr. Angkuh itu orangnya bisa bersikap lembut dan romantis juga yah, jauh banget sama sikap yang dia tunjukkan selama ini kalau dikelas. Tapi aku sebel sama dia diary, dia masih suka bersikap angkuh sombong dan arogan ke aku kalau dikelas. Huufftt… tapi diary, aku bahagia banget saat ini. Muaach.

Sudah lama sekali aku tidak bercerita kapada buku diary aku ini. Saat membuka kembali lembaran-lembaran lama yang kertasnya sudah mengkerut, aku kembali terhempas kedalam kenangan-kenangan indah di masa dulu. Saat aku masih di tinggal di panti dan melewati setiap hari bersama prince.

****

Detik telah jauh melangkah, hari-hari telah lama terlewati dan tanpa sadar aku sudah dipenghujung kelas 3 dan akan menyongsong hari perayaan kelulusan kami. Aku masih berpacaran dengan prince dan kami melewati setiap harinya dengan indah seperti masa kecil dulu. Namun tidak lama lagi juga aku akan pindah kembali ke Jakarta, sebab masa dinas ayahku sudah hampir selesai.

****

Di bandara
“prince, maaf yah aku harus pergi lagi. Ini nomor hape aku, terus hubungi aku yah prince, jangan sampai aku kehilangan kamu lagi”. Ucapku berair mata sesaat sebelum aku memasuki pintu keberangkatan.

Mr. Angkuh tersenyum kepadaku. “hati-hati di Jakarta ya Putri. Aku janji pertemuan kita selanjutnya nggak akan lama seperti sebelumnya”. Ucapnya kepadaku.

Lalu aku pun berjalan menuju pintu keberangkatan, sebab pesawat akan segera berangkat. Aku melambaikan tangan kepada prince dan aku melihatnya melambaikan tangannya juga ke arahku. Prince.. aku sayang kamu.. Aku membisikkan kata-kata yang mungkin tak mampu didengar oleh Bayu.

****

Beberapa bulan kemudian aku di terima sebagai mahasiswa di Universitas Indonesia. Aku bahagia sekali mengetahui hal ini dan aku tambah lebih bahagia juga saat mengetahui bahwa Raden Bayu atau Mr. Angkuh atau prince ku diterima sebagai mahasiswa baru juga di UI.

Dia membuktikan janjinya bahwa pertemuan kita selanjutnya tidak akan lama seperti sebelumnya. Kami pun kembali menjalani keseharian bersama kembali seperti dulu saat masih kanak-kanak, saat prince selalu ada di setiap hariku. Raden Bayu dialah sahabatku, kekasihku dan juga rivalku, dialah prince dalam hidupku.

Kamulah Musikku

Kamu itu indah dan menyenangkan
Sanggup singkirkan kelabu ku
Dan kamu pun bisa menjadi requim dihidupku
Yang bisa membuat hariku penuh airmata

Seperti sebuah harmonisasi kehidupan
Yang mampu mengalunkan nada-nada indah
Dan juga melodi kematian bagiku
Dalam setiap detik yang terlewatkan

Mampu membuatku tertawa bahagia
dan lupakan semua masalah
Namun kau bisa menghadirkan kesedihan
Yang sanggup hancurkan diri ini

Dirimu seperti penggalan bait-bait lagu
Selalu mengalun dalam fikiranku
Ya, itulah definisiku tentangmu

Kamu seperti musik dalam hidupku
Tak terlewatkan dan akan selalu ada dalam fikiranku
Ya benar, seperti musik..
Yang sanggup membuatku bahagia dan juga berurai airmata
Tetaplah menggema dalam hatiku sayang..

Selasa, 11 Januari 2011

Tanpamu Hidupku Galau

Hadirmu warnai duniaku dan membuat tubuhku bergetar dan berkeringat saat menikmatimu
Ribuan kecewa saat kau tak lagi ku jangkau
Dirimu terbang melangit dan hanya dapat dijangkau oleh mereka yang berada

Kau bagai candu bagiku
Berhari-hari tanpamu membuatku gelisah dan galau
Hadirmu seperti oksigen yang selalu kubutuhkan

Cepatlah membumi sayangku, agar aku dapat menjangkaumu kembali
Agar aku dapat menikmatimu lagi
Denganmu hidup ini begitu nikmat
Tanpamu hidupku menjadi galau, wahai Cabaiku..

Jumat, 07 Januari 2011

Pelangi di Kala Senja

Kringggg!!! Kringgg!! Bel sekolah berbunyi pertanda jam belajar telah selesai. Di sebuh lorong sekolah SMU Bangsa, seorang perempun muda berkacamata tergopoh-gopoh berlari mengejar teman prianya.
“Adittt… Adiiitt… tunggu sebentar !!” teriak Andini dari kejauhan
“iya din, ada apa? Kok kamu lari-larian begitu?”
“iya ini dit, aku punya selembaran lomba menulis puisi. Kan kamu pinter bikin puisi tuh, lumayan loh hadiahnya kalau kamu coba ikutan lomba ini dan bisa menang.”
Adit terdiam sejenak, lalu berkata “makasih ya din, nanti aku pikirin dulu mau ikut atau nggak”

***


Duta Buana Publishing Present

Buat kamu-kamu yang senang menulis dan memiliki tulisan (cerpen, novel atau puisi) masukan karya tulisan kamu. Acara ini bebas usia dan tidak dipungut biaya apapun. Pemenang akan mendapatkan hadiah yang menarik dari panitia dan karya tulisannya akan di masukkan dalam kumpulan tulisan lainnya. Pendaftaran ditutup tanggal 31 Maret, Info lebih lanjut hubungi marisa 08128988xxx.
Didalam sebuah ruangan yang sedikit berantakan oleh baju, buku, dan berbagai novel yang berserakan di atas kasurnya, Adit mengeluarkan secarik kertas yang ada di dalam tasnya lalu ia membacanya, sebuah selebaran yang diberikan oleh Andini tadi siang.
Hmm, aku ikut nggak ya?. Kalau aku ikut, aku mau ikut kategori yang mana ya? novel, cerpen apa puisi yah?. Sepanjang hari hingga malam pun tiba, Adit terus bertanya-tanya dalam diri mencoba mengumpulkan keyakinan dalam dirinya.

***

Sepulang sekolah Andini mendatangi kelas Adit, untuk meyakinkan sahabatnya ini untuk berani mengikutsertakan karya tulisannya.
“hai din, kamu mau tanya tentang keikutsertaan aku” ucap Adit saat melihat Dini berjalan ke arahnya.
“hahaha, iya nih… gimana? Kamu jadi ikut nggak?”
“hmm, aku pengen tau dulu, hadiahnya buat yang juara itu apa, kalau hadiahnya menarik, aku ikut deh. Hehehe.”
“woo, belom ikutan udah tanya hadiahnya aja.” Cemooh Andini kepada Adit.
“yudah-yudah, aku mau telepon CP nya dulu yah, tunggu sebentar.” Adit perlahan berjalan menjauh dari Andini dan memulai percakapan dengan panitia acara lomba tersebut.
Percakapan antara Adit dengan panitia acara berlangsung singkat. Lalu Adit kembali menghampiri Andini dengan wajah semringah.
“aku bakal ikutan lomba itu Din”
“wah bagus deh, panitianya ngomong apa sampe kamu langsung mutusin buat ikut lomba.” Tanya Andini masih keherenan dengan perubahan pikiran Adit.
“kata mbaknya, juara pertama bakal dapat notebook sebagai hadiahnya” jawab Adit dengan mood ceria “lumayan Din buat ganti laptop lama aku. Hehehe. Besok temenin aku kirim naskahnya yah.” Lanjut adit.
Pelangi di Kala Senja

Aku seperti senja
Yang indah mengandung ironi
Menggores keindahan dibalik kesedihan

Aku seperti senja
Yang kehilangan cahaya menuju gelap
Telah lenyap warna tak bersinar

Aku mencari pelangi
Agar senja lebih berwarna
Aku inginkan pelangi
Pelangi di kala senjaku

Andini membaca puisi karya Adit yang ingin dikirimkan untuk lomba. Didalam hati ia mengagumi karya temannya ini, dia bergumam dalam pikirannya andai saja dia bisa menjadi pelangi tersebut, menjadi sebuah pewarna yang menghiasi senja yang indah namun tersirat kesedihan dan kesepian.
“gimana Din puisi yang aku tulis ini? bagus nggak?” tanya Adit
“bagus kok bagus.. ini puisi tentang kamu sendiri Dit?”
“eehhmmm gimana yah?” Adit terlihat sedikit kebingungan “iya sih Din, ini puisi menggambarkan suasana hati diriku saat-saat ini.”
“ohh begitu, yaudah-yaudah kita kirim sekarang aja naskah puisi ini” Dini mencoba mengalihkan pembicaraan.
Adit mulai memasukkan naskah puisinya kedalam map coklat dan menuliskan idenditas dirinya serta alamat yang dituju.
***
Waktu pengumuman pemenang lomba telah tiba, dan mereka pun mengecek daftar pemenangnya melalui situs panitia. Dan ternyata puisi yang dituliskan oleh Adit mendapatkan juara pertama di lomba tersebut. Pemenang dijadwalkan untuk mengambil hadiah serta membacakan puisinya saat penyerahan hadiah.
“Din, aku juara Din” Adit berbicara dengan Andini melalui telepon dangan nada senang. “coba kamu ada disini Din melihat langsung pemberitahuan ini, mang kamu sekarang lagi dimana? Kok nggak masuk sekolah?.”
“wah selamat ya Dit, puisi kamu bagus kok, cocok kalau kamu yang menang. Memang kapan penyerahan hadiahnya? Aku lagi pergi ke rumah bu’de aku nih.”
“menurut jadwal lusa Din acara penyerahan hadiahnya, kamu hati-hati dijalan yah dan cepatbalik yah yah biar bisa liat aku pegang pialanya. Hahhaha” ucap Adit seraya tertawa.
“amin, makasih yah Dit.”

***

Saat akan baru berangkat menuju tempat penyerahan hadiah handphone Adit bergetar, ada telepon masuk dari nomor orangtua Andini. Adit bertanya-tanya dalam benaknya, tumben-tumeben sekali orangtua Andini menelepon dia.
“hallo, Assalamualaikum tante” salam Adit
“walaikum salam nak Adit, nak Adit sedang apa? Tante ingin mengabarkan ke nak Adit, kalau Andini mengalami kecelakaan dansekarang sedang dirawat di rumah sakit Syahid.” Tante Linda menjelaskan
“innalillahi.. baik tante saya akan langsung menuju kesana.” Adit langsung menghidupkan motornya dan bergegas ke rumah sakit dan melupakan acara penyerahan hadiah.

***

Adit tiba dirumah sakit dan langsung masuk ke dalam kamar perawatan, ia tampak sangat cemas melihat keadaan Andini yang belum sadarkan diri. Lantas ia menunggui Andini hingga ia sadarkan diri.
Lalu..Andini m membuka matanya dan melihat Adit yang duduk disampingnya menunggui dirinya.
“Aa..Adit.. kamu ngapain disini?” ucap Andini yang baru sadarkan diri. “bukannya hari ini adalah hari penyerahan piala lomba ya? Lalu kamu ngapa...” Adit lantas menghentikan racauan Andini dengan jari telunjuknya.
“aku khawatir sama kondisi kamu Din, aku takut..aku takut kehilangan pelangi ku.” Tersirat sebuat kesedihan dalam ucapan Adit.
“maksudnya?” Andini yang baru sadarkan diri masih bingung dengan keadaan yang dialaminya saat ini
“ya, kamu adalah pelangi. Kamu adalah pelangiku. Kamu yang lebih penting dari piala itu, sebab kamu adalah pelangi di kala senjaku.”