Minggu, 17 Oktober 2010

Parodi Bumi

ini sebuah cerita tentang seorang makhluk bernama Manusia yang menumpang tinggal di sebuah tempat bernama Bumi dan ia hidup bersama dengan Langit dan Matahari....
Langit memiliki sifat yang cengeng, dia gampang sekali menangis dan apabila si Langit menangis maka Manusia akan kesulitan...
dan Manusia juga hidup berdampingan dengan si Matahari memiliki watak pemarah yang selalu membawa hawa panas di antara mereka, apabila sang Matahri sudah mengamuk maka Manusia akan merasa sangat kepanasan tubuhnya...
merasa sangat merana akhirnya si Manusia mengadu kepada Tuhan, yang memiliki Bumi..

"Wahai Tuhan, aku tidak sanggup untuk tinggal di tempat bernama Bumi yang kamu berikan" Manusia berkata kepada Tuhan

Tuhan menjawab : "kenapa kau tidak sangup untuk tinggal ditempat yang sudah kusediakan (Bumi)?"

"aku tidak sanggup lagi menghadapi Langit dan Matahari.. Aku tak kuasa algi bila Langit terus menerus menangis dan aku akan mengalami masalah, begitu juga dengan Matahari, dia selalu marah dan apabila dia sudah marah, dia akan membakar kulitku dan apa saja yang bisa terbakar...

"baiklah kalau begitu aku akan menitipkan sebuah benda bernama Hutan dan Pepohonan untukmu, Aku akan tempatkan Hutan dan Pepohonan di dalam Bumi, mereka akan membantumu untuk menangani air mata yang selalu dicurahkan oleh Langit saat dia menangis, jadi kamu tidak akan mengalami kesulitan apabila Langit menangis,begitu juga saat Matahari sedang marah dan mulai membakar Bumi, Hutan dan Pepohonan yang akan menyejukkan kamu dan Bumi sehingga kamu bisa tenang hidup di dalam tempat yang aku berikan (Bumi)" Tuhan menjawab keluhan-keluhan Manusia
"tapi ingat Manusia, jaga baik-baik Hutan dan Pepohonan yang aku titipkan, kamu yang akan menentukan apakah Hutan dan Pepohonan itu aka tetap ada atau tidak. Ingat juga, kamu akan kembali menghadapi masalah apabila Hutan dan Pepohonan itu hilang" Tuhan mencoba mengingatkan Manusia...

setelah di berikan Hutan dan Pepohonan untuk menangkal efek buruk dari Langit dan Matahari, Manusia bisa hidup tenang dan mulai mendekorasi Bumi dengan membangun Apartemen-Apartemen yang bagus bentuk dan corak nya didalam Bumi, Manusia menambahkan Mall-Mall yang mewah serta membuat Taman Hiburan dan benda-benda lainnya dalam tempat tinggalnya di Bumi....

namun seiring berjalannya waktu, manusia telah terlena oleh kenyaman yang diberikan oleh Tuhan dan Manusia mlai merasa bahwa tempat tinggal yang diberikan oleh Tuhan terasa kecil. Lalu Manusia mulai merasa bahwa jumlah Hutan dan Pepohonan yang dititipkan oleh Tuhan terlalu banyak sehingga mengurangi ruang Bumi, maka Manusia mulai mengurangi jumlah Hutan dan Pepohonan di dalam Bumi..

semakin lama jumlah Hutan dan Pepohonan semakin berkurang dari Bumi. Namun Manusia seakan lupa bahwa Langit masih terus menangis sama seperti dulu dan Matahri masih suka membakar...

lama kelamaan Hutan dan Pepohonan yang dititipkan Tuhan semakin berkurang jumlahnya, lalu Manusia mulai mengalami kesulitan lagi dalam menghadapi tangisan Langit dan Matahari yang memancarkan amarah...

Langit terus menangisi Bumi tempat Manusia tinggal dan membuat genangan di Bumi dan Matahri membakar Manusia yang tinggal di Bumi.., setelah sekian lama Manusia diberikan kenyamanan untuk tinggal di Bumi dengan dititipi benda oleh Tuhan berupa Hutan dan Pepohonan, Manusia yang memiliki sifat tamak dan serakah pun menghilangkan Hutan dan Pepohonan satu per satu sampaihampir tidak tersisa lagi.

Karena Hutan dan Pepohonan mulai menghilang, Manusia mulai bingung menghadapi Langit dan Matahari.. Akhirnya Manusia mulai sadar dan berteriak kepada Tuhan..

"wahai Tuhan berikan kembali Hutan dan Pepohonan kepada kami"
"Tidak ada lagi Hutan dan Pepohonan unuk kalian" Jawab Tuhan..

setelah itu Manusia mulai sadar akan kesalahan mereka dan hanya berteriak dalam hati
"kembalikan Hutan dan Pepohonan kami"

Kamis, 14 Oktober 2010

Renungkan kawan..

ketika hawa nafsu membalut mata hati
memburamkan semua nurani
dan menyalakkan nafsu setan dalam jiwa

raga telah lelah memikul perangai
rapuh hati digerogoti kebencian dan kenistaan
aku berdiri terdiam tanpa merenung
menjalani kehidupan yang semakin bobrok dan akan tenggelam..

apakah semua akan terus seperti ini?
menjalani sebuah tapak jalan yang berlumurkan dosa
berbalutkan kenistaan
yang justru dengan bangga kita jalani.?

astaghfirullah!!
semoga Allah menerangi sudut kelam pikiran dan jiwa..
dan biarkan hati kita terangkat dari neraka
niatkan kebaikan dan lembutkan hati kita dengan nafas-Nya..

Senin, 27 September 2010

Sekeping Kata Maaf (cerpen)

"lo nyadar nggak sama apa yang udah lo lakuin?" bentak Dara kepada Sheila
"maaf-maaf gue nggak sengaja numpahin minuman ini di baju lo, benaran deh gue nggak sengaja"
plak! sebuah tamparan keras mendarat di pipi halus milik sheila
"Dara!! lo apa-apaan sih? jangan karena lo anak wakil kepala sekolah disini, lo jadi ngerasa bisa berbuat sesuka hati lo!"
"dia yang salah Ren, gara" dia baju gue kotor. lo liat aja" kata-kata pembelaan mengalir melalui mulut Dara kepada Reni seraya memperlihatkan bercak noda dibagian depan seragamnya.
Reni memandang Sheila yang berjalan menjauh dengan isak tangis menghiasi wajahnya.
"Sheila!" teriak Reni seraya berlari ke arah Sheila yang telah berbalik
"gue harap lo bisa maafin sifat-sifat jeleknya Dara yah"
"iya Ren, gue juga sadar kok kalau gue yang salah"
"iya tapi bukan berarti dia bisa seenaknya ngelakuin hal ini ke lo kan? dan gue harap lo bisa maafin Dara yah"
"iya Ren, tenang aja gue bisa maafin dia kok" ucap Sheila kepada Reni sambil berjalan meninggalkan Reni yang terdiam.
Reni berjalan kembali menuju tempat Dara menapar Sheila
"Dara, lo gila apa. jangan lo kira karena Sheila salah lantas lo bisa segampang itu nampar dia di depan anak-anak kayak begini"
"Reni.... lo sebagai sahabt gue harusnya belain gue dong, bukan malah belain orang lain yang justru udah berbuat salah ke sahabat lo yang satu ini"
"oke dia salah, tapi tindakan lo nampar dia itu nggak seharusnya terjadi kalau aja lo bisa memurahkan hati lo sedikit dan merendahkan keangkuhan dalam diri lo"
"sory Ra, gue kurang suka punya sahabat yang terlalu angkuh dan sombong" ketus Reni meninggalkan Dara dalam keheningan
aakhhh, kenapa gue harus dijauhin sama sahabat gue hanya gara-gara kejadian ini.
kenapa sekeping kata maaf ini begitu mahal, dan terlalu sulit untuk gue ucapin. kenapa? kenapa? kenapa diri ini terlalu angkuh dan sombong? pertanyaan itu silih berganti memenuhi kepala Dara untuk beberapa saat.
"Sheila!! Maafin kelakuan gue tadi yah, nggak seharusnya gue nampar lo kayak tadi"
"Reni, maafin gue juga yah buat keangkuhan gue selama ini. gue harap u nggak ngejauhin gue karena kejadian ini.
"nggak apa-apa kok Ra, gue udah maafin u daritadi kok" senyum Sheila
"Kalau aja lo bisa murah hati dan memaafkan orang lain, kejadian ini nggak perlu terjadi kan" ucap Reni
"iya-iya, gue sadar kok kalau sekeping kata maaf itu mahal sekali harganya"

Senin, 20 September 2010

Setitik Cinta di Ufuk Harapan

cinta yang memandang keabu-abuan
meregang kesetiaan dalam jiwa
terbesit sebuah rasa nyata
hampa sepi dan setitik pengharapan yang tak kunjung bersinar
di kala sore menjelang waktu terbenam
aku melihat sebuah titik cinta dalam senyummu
di ufuk senja harapan..

Kamis, 16 September 2010

1000 malam

1000 malam ku berjanji
1000 malam ku berkata padamu untuk bertahan
1000 malam ku ingin lewati bersamamu

aku
yang berlidah tak bertulang
bersumpah demi siang dan Matahari
menjalani 1000 hari dengan semua kehampaan

bercinta dengan ketiadaan
aku ingin jalani itu semua
melawati 1000 malam untuk sebuah penantian

aku,
dengan 1000 malam yang kujanjikan untukmu
dengan 1000 alasan ku ingin ingkari hal itu

aku,
dengan 1000 keinginan melepas kerinduan ini
dengan 1000 kemauan ingin dicintai, dikasihi dan dirindukan

aku
yang pasrah akan godaaan
tak mampu pungkiri kenistaan dalam jiwa

aku,
dengan ketidakberdayaan ku,
lukai keberadaan diri,
torehkan malu dalam sebuah janji
sebelum 1000 malam tiba, aku telah berpaling darinya..
maaf....

Selasa, 14 September 2010

FATAMORGANA

ketika semua bayang memudar
ketika segala yang kita inginkan telah menjauh
ketika apa yang kita jaga tak lagi memperhatikan kita
ketika setiap keinginan kita hanya hampa
apa yang kita harap dari sebuah ketidakpastian?

disini setiap orang berkata "bangkitlah"..
semua teman-teman berusaha membangkitakanku lagi
saat orang-orang terdekat berucap "bangunlah kawan"
dimana dalam jiwa ini berontak untuk berkata "life must go on kawan"

namun ada janggal,
ada yang terlupa,
ada yang membuat jiwa dan pikiran selalu bertengkar
seperti sebuah kotak teka teki yang tak terjawab

diam, merenung, berfikir berusaha mencerna keadaan
saat fikiran ini selalu berusaha kembali,
saat jiwa terlalu sibuk menyendiri
entah kenapa saat aku kembali pada kehidupan..
aku merasa ada yang hilang dalam hidupku saat ini dan akupun terlarut dalam fatamorgana fikiran yang tak kunjung tersadarkan..

Senin, 13 September 2010

Tak Ada Cinta di Atas Sepotong Chatting

Dihadapan sebuah layar monitor dan diatas sebuah keyboard jariku menari-nari mengetik semua percakapan yang sedang berlangsung melalui sebuah dunia maya. Ya, melalui sebuah dunia maya dan jejaring sosial aku bisa mengenalnya. Walau mata tak pernah bertatap langsung, telinga tak pernah mendengar suaranya, aku tetap bisa berkomunikasi dengannya.
Aku tersenyum senang saat bisa terus mengetik semua kata-kata percakapan dengannya, entah mengapa aku senang dan merasa sangat gembira bisa mengenal dia.

"hey apa kabar?" tanya ku dalam sebuah percakapan
"kabar baik, kamu sendiri apa kabar?" jawabnya...

kegiatan ini selalu berulang-ulang terus menerus dan berlangsung dalam waktu yang cukup lama.
tak terasa telah 2 tahun aku mengenalnya, hampir setiap hari kuhabiskan waktuku didepan sebuah layar monitor kecil ini hanya untuk menunggu saat-saat aku bisa berbicara lewat kata-kata dengannya.
telah 2 tahun aku mengenalnya, kita telah berbagi cerita tentang diri kita, tentang apa yang kita suka, apa yang biasa kita lakukan sehari-hari, tentang apapun yang bisa kita ceritakan.

Telah 2 tahun sejak pertama kali aku mengenalnya melalui jejaring sosial, tanpa pernah aku bertemu dengannya tanpa pernah melihat sosoknya, tanpa pernah aku beranikan diri untuk mengajaknya bertemu.
aku merasa senang mengenalnya, merasa nyaman saat berbagi cerita dengannya, merasa begitu dekat ketika aku menuliskan semua kata untuknya.

telah 2 tahun aku mengenalnya, telah 2 tahun pula aku menutup diri dan perasaanku unutuk orang lain. Aku terbius, aku terlena dan aku percaya bahwa aku telah memilih dia dan dia pun akan menjadi kekasihku.

telah 2 tahun aku mengenalnya dan kini aku sadar bahwa ini semua hanya semu, ini semua hanya khayalanku. Seperti aku terbangun dari mimpiku, setelah 2 tahun aku sadar bahwa dia begitu jauh, dia tak ada, dan dia takkan pernah bisa kutemui. Aku tersadar tanpa pernah kusadari bahwa aku terlalu berharap, dia tak pernah inginkanku, semua pengharapan, waktu dan apapun yang kulakukan untuknya adalah sebuah kesia-siaan.

setelah semua waktu yang terbuang percuma, dalam hati ini timbul keyakinan bahwa memang tidak mungkin ada sebuah cinta yang tumbuh dari sebuah dunia maya. Bahwa tidak ada yang namanya cinta di atas sepotong chatting. Aku memang tidak menyesal telah mengenal dirinya, tapi aku sangat menyesali kesia-siaan yang aku perbuat dan aku sangat menyesal ketika harus kuakui aku telah benar-benar mencintai dirinya yang tak pernah benar-benar mencintaiku, kusesali mengapa dia yang tak nyata yang harus aku cintai.

Minggu, 12 September 2010

Generasi GALAU

Begitu banyak orang-orang yang masih GALAU akan apa yang ingin mereka capai dan mereka inginkan. Khususnya bagi Mahasiswa yang harusnya sudah dapat menentukan jalan mana yang akan dipilih sebagai jati diri mereka. Mungkin sulit untuk menemukan jalan hidup mana yang sesuai dengan diri kita para Mahasiswa, begitu banyak pertimbangan, paksaan dan tekanan dari pihak luar (keluarga, lingkungan, dll) maupun dari dalam diri sendiri.

Kawan, kadang menjalani kehidupan dan memilih jalan kehidupan seperti apa yang tepat dan memang kita inginkan tidaklah mudah. namun, terkadang pola pikir yang sempit seperti itulah yang membuat kita terlalu banyak pertimbangan yang justru selalu membuat kita GALAU dalam menentukan ingin menjadi seperti apa dan bagaimana kita nantinya.

"terkadang nikmati hidup dan jalani hisup ini sesuai dengan apa yang kita inginkan dan mampu kita jalani".
Kata-kata di atas dapat menjadi renungan bagi kita semua (termasuk penulis sendiri). Bagi kita para Mahasiswa, rasa GALAU yang disebabkan oleh masih terdoktrinnya pikiran kita oleh pertanyaan "Apa yang akan saya lakukan nanti?"
jika pernah mengeluarkan pertanyaan itu, berarti itu tanda bahwa kita termasuk generasi "GALAU".

Kawan, mari buka pikiran kita. Renungkan kembali apa sebenarnya motivasi terbesar dalam hidup kita. Lepaskan semua tekanan dan pikiran-pikiran sempit yang malah membuat kita semakin GALAU dalam menentukan jati diri kita.

Semoga setelah membaca tulisan ini kita bisa menjadi lebih bijak dalam menentukan apapun yang akan kita pilih sebagai pencarian jati diri kita agar kita tidak menjadi generasi GALAU berikutnya.

Jumat, 10 September 2010

Aku (Bumi) diam dalam tangis

Diam dalam tangis..

aku menangis melihat perilaku manunia yg tamak..

aku bersedih memandang percekcokan yg tiada henti..

aku merana memperhatikan orang-orang tidak mempedulikan..

AKU (BUMI)..

yang menangis dalam diam melihat keserakahan manusia yg semakin menjadi-jadi..

Rabu, 08 September 2010

Jakarta di kala senja

Jakarta dikala senja..

aku melihat orang" lalu lalang kembali ke sangkarnya

aku mendengar jerit keluhan manusia" metropolitan



Jakarta dikala senja..

aku melihat roda" bertumpuk memenuhi kebisingan jalan

aku mendengar keriuhan dalam keningan senj



Jakarta dikala senja..

aku merasa sudah waktunya ia beristirahat

aku merasa Jakarta telah lelah melihat ketamakan kita

Minggu, 04 Juli 2010

Semangkuk mie ayam

“Maaf, boleh saya duduk disini? Sebab tempat duduk yang ada dikantin penuh semua.” Seorang murid perempuan tiba-tiba berdiri dihadapanku dengan sebuah mangkuk mie ayam di tangannya
“Oh? Silahkan-silahkan”
“Hmm… Kamu biasa makan disini yah?” perempuan itu bertanya kepadaku
“Hah? Iya nih, abis beli makanan di kantin selalu dimakan disini, soalnya dikantin penuh melulu, yaudah aku makan disini aja.”
“Kamu selalu makan disini?” perempuan ini bertanya heran kepadaku seraya memakan makanannya
“Iyah, aku selalu menghabiskan waktu istirahatku disini.”
“Kenapa kamu suka sama tempat ini? Kan tempat ini sepi?” tanya perempuan itu
“Hmm… kenapa yah? Aku juga bingung kenapa enjoy buat makan disini, mungkin karena sepi itu aku suka tempat ini.”
“Karena sepi?” perempuan itu bertanya kembali dengan muka heran seolah-olahaku menjawab dengan alasan yang sangat tidak logis.
“Ya! Karena sepi makanya aku suka tempat ini, kalau aku duduk di bangku taman ini suasana sepinya membuat hatiku tenang.”
“Oh begitu ya, oiya!! Perempuan itu berseru dengan mimik muka terkejut.
“Kenapa?” aku pun menjadi bingung dibuatnya
“Oh nggak apa-apa kok, cuma lupa aja tanya nama kamu siapa, sebab dari tadi aku tanya-tanya seperti orang yang sudah kenal lama aja. Hehehee.,.,” perempuan itu tersenyum manis sekali
“Perkenalkan nama aku Ramdhan Arya Salahudin” ku perkenalkan namaku di depan seorang murid perempuan manis bermuka bundar dengan rambut lurus sepanjang bahu yang memakai sebuah pita kupu-kupu untuk menghiasi rambut lurusnya
“Nama aku Aryandini Puspita Sari” perempuan itu memperkenalkan namanya
“Aryandini Puspita Sari? Nama panggilannya?”
“Teman-teman lebih sering panggil aku Sari.”
“Sari? Aku panggil kamu Dini saja gimana?
“Sari? Ok nggak masalah kok.”
“Kalau begitu kamu aku panggil Arya saja yah.”
“Silahkan.”

Sabtu, 03 Juli 2010

Ingin rasanya terus berbagi

Seorang pria bertemu dengan seorang gadis di sebuah pesta, si gadis tampil luar biasa cantiknya, banyak lelaki yang mencoba mengejar si gadis. Si pria sebetulnya tampil biasa saja dan tak ada yang begitu memperhatikan dia, tapi pada saat pesta selesai dia memberanikan diri mengajak si gadis untuk sekedar mencari minuman hangat. Si gadis agak terkejut, tapi karena kesopanan si pria itu, si gadis mengiyakan ajakannya.

Dan mereka berdua akhirnya duduk di sebuah coffee shop, tapi si pria sangat gugup untuk berkata apa-apa dan si gadis mulai merasa tidak nyaman dan berkata, “Kita pulang aja yuk…?”.

Namun tiba-tiba si pria meminta sesuatu pada sang pramusaji, “Bisa minta garam buat kopi saya?”
Semua orang yang mendengar memandang dengan ke arah si pria, aneh sekali!
Wajahnya berubah merah, tapi tetap saja dia memasukkan garam tersebut ke dalam kopinya dan meminumnya.

Si gadis dengan penasaran bertanya, “Kenapa kamu bisa punya hobi seperti ini?”

Si pria menjawab, “Ketika saya kecil, saya tinggal di daerah pantai dekat laut, saya suka bermain di laut, saya dapat merasakan rasanya laut, asin dan sedikit menggigit, sama seperti kopi asin ini. Dan setiap saya minum kopi asin, saya selalu ingat masa kanak-kanak saya, ingat kampung halaman, saya sangat rindu kampung halaman saya, saya kangen orang tua saya yang masih tinggal di sana.”

Begitu berkata kalimat terakhir, mata si pria mulai berkaca-kaca, dan si gadis sangat tersentuh akan perasaan tulus dari ucapan pria di hadapannya itu. Si gadis berpikir bila seorang pria dapat bercerita bahwa ia rindu kampung halamannya, pasti pria itu mencintai rumahnya, perduli akan rumahnya dan mempunyai tanggung jawab terhadap rumahnya. Kemudian si gadis juga mulai berbicara, bercerita juga tentang kampung halamannya nun jauh di sana , masa kecilnya, dan keluarganya.

Suasana kaku langsung berubah menjadi sebuah perbincangan yang hangat juga akhirnya menjadi sebuah awal yang indah dalam cerita mereka berdua.

Mereka akhirnya berpacaran. Si gadis akhirnya menemukan bahwa si pria itu adalah seorang lelaki yang dapat memenuhi segala permintaannya, dia sangat perhatian, berhati baik, hangat, sangat perduli …
betul-betul seseorang yang sangat baik tapi si gadis hampir saja kehilangan seorang lelaki seperti itu!

Untung ada kopi asin!

Kemudian cerita berlanjut seperti layaknya setiap cerita cinta yang indah, sang putri menikah dengan sang pangeran dan mereka hidup bahagia selamanya, dan setiap saat sang putri membuat kopi untuk sang pangeran, ia membubuhkan garam di dalamnya, karena ia tahu bahwa itulah yang disukai oleh pangerannya.

Setelah 40 tahun, si pria meninggal dunia, dan meninggalkan sebuah surat yang berkata, “Sayangku yang tercinta, mohon maafkan saya, maafkan kalau seumur hidupku adalah dusta belaka. Hanya sebuah kebohongan yang aku katakan padamu … tentang kopi asin.”

Ingat sewaktu kita pertama kali jalan bersama? Saya sangat gugup waktu itu, sebenarnya saya ingin minta gula tapi malah berkata garam. Sulit sekali bagi saya untuk merubahnya karena kamu pasti akan tambah merasa tidak nyaman, jadi saya maju terus. Saya tak pernah terpikir bahwa hal itu ternyata menjadi awal komunikasi kita! Saya mencoba untuk berkata sejujurnya selama ini, tapi saya terlalu takut melakukannya, karena saya telah berjanji untuk tidak membohongimu untuk suatu apa pun.

Sekarang saya sekarat, saya tidak takut apa-apa lagi jadi saya katakan padamu yang sejujurnya, saya tidak suka kopi asin, betul-betul aneh dan rasanya tidak enak. Tapi saya selalu dapat kopi asin seumur hidupku sejak bertemu denganmu, dan saya tidak pernah sekalipun menyesal untuk segala sesuatu yang saya lakukan untukmu. Memilikimu adalah kebahagiaan terbesar dalam seluruh hidupku. Bila saya dapat hidup untuk kedua kalinya, saya tetap ingin bertemu kamu lagi dan memilikimu seumur hidupku, meskipun saya harus meminum kopi asin itu lagi.

Air mata si gadis betul-betul membuat surat itu menjadi basah. Kemudian hari bila ada seseorang yang bertanya padanya, apa rasanya minum kopi pakai garam?

Si gadis pasti menjawab, “Rasanya manis.”

Kadang anda merasa anda mengenal seseorang lebih baik dari orang lain, tapi hanya untuk menyadari bahwa pendapat anda tentang seseorang itu bukan seperti yang anda gambarkan. Sama seperti kejadian kopi asin tadi.

Tambahkan Cinta dan Kurangi Benci karena terkadang garam terasa lebih manis daripada gula.
(copyed from Zaeni)