Kamis, 22 Desember 2016

Aku Kangen

Sebelum sapa diterjemahkan sebagai perpisahan
Sebelum senyum kau baca sebagai dusta terpendam
Sebelum...
Sebelum...

Sebelum udara mengabarkan duka
Sebelum jejak langkahmu hilang dihempas gerimis
Sebelum kata menjadi tiada

Sebelum wangi tubuhmu kulupa
Sebelum suaramu asing di telinga
Sebelum tatap tak lagi bersua

Sebelum...
Sebelum...

Sebelum tangis ini pecah, aku ingin berkata;
aku, kangen.

Senin, 19 Desember 2016

Suatu Pagi Ketika Aku Bangun Pagi

Aku tersesat di kota yang tak lagi kukenali
Kota yang mendadak jadi hutan yang rimbun oleh dusta

Orang-orang berjalan mengekori waktu
Kata, menjadi benda yang tak berharga

Bising
Aku memikirkanmu di antara banyak suara

Orang-orang sibuk mencari muka yang entah ditinggal di mana
Orang-orang mengatakan tidak pada korupsi namun tangannya sibuk menghitung uang pungli

Setiap hari aku bertemu begitu banyak orang yang memakai topeng bahagia
Senyum yang dipaksakan
dan
Aku lelah

Aku ingin mendengar suara nyanyianmu yang tak merdu
Setidaknya itu lebih baik daripada yang diucapkan oleh orang-orang itu
Mulut-mulut yang fasih melafalkan ayat suci itu pun fasih menguntai cacian

Aku pikir kota ini perlu mengenalmu
Agar mereka tau
Bahwa orang-orang di kota ini lupa
Bagaimana cara saling mencintai

Rabu, 02 November 2016

Membaca Chairil: Menyusuri Kembali Jalan yang Dijejaki Sang Bohemian

Apa yang kamu pikirkan ketika pertama kali mendengar nama Chairil? Puisi berjudul Aku? Rokok? atau kehidupan bohemian sang penyair?

Ada banyak hal mengenai Chairil dan puisi-puisinya yang selalu menjadi hal yang sangat menyenangkan untuk diperbincangkan. Di hari minggu yang mendung tanggal 23 Oktober 2016, GagasMedia bersama teman-teman Malam Puisi Jakarta, Bekasi dan Depok, Jakarta Good Guide dan Komunitas Ke Kini mengadakan rangkaian acara #MembacaChairil.

sumber: dari sini
Membaca Chairil sendiri merupakan sebuah acara beruntun yang dimulai dengan napak tilas ke tempat-tempat yang berkaitan dengan masa hidup sang penyair (Rs. Cipto Mangunkusumo, Metropole dan Taman Ismail Marzuki) bersama teman-teman dari Jakarta Good Guide. Walau hujan sempat mengguyur Jakarta, acara tetap berlangsung. Tanpa disadari, bahwa ada cucu dan cicit dari Chairil Anwar yang ikut serta dalam rombongan. Ya, anak dari Evawani (satu-satunya anak kandung Chairil) bersama anaknya (cicit Chairil) ikut serta berbaur bersama teman-teman lainnya yang menyusuri tempat-tempat yang berkaitan dengan Chairil.

Setelah berkeliling singkat, tur diakhiri dengan perhentian terakhir di Jalan Cikini Raya No. 45, tempat Komunitas Ke Kini berada. Di dalam ruang serbaguna ini, teman-teman dari Malam Puisi, GagasMedia dan Mas Hasan Aspahani sudah menunggu untuk dimulainya diskusi buku beliau, yaitu buku biografi mengenai Chairil.

Hidup berlangsung antara buritan dan kemudi | Pembatasan cuma tambah menyatukan kenang. - kabar Dari Laut

Diskusi dibuka oleh pembacaan 4 buah puisi dari teman-teman Malam Puisi Jakarta. Puisi berjudul Cintaku Jauh di Pulau dibacakan oleh Astrajingga Asmasubrata, Senja di Pelabuhan Kecil dibacakan oleh Riza Hamdani, Tak Sepadan dibacakan oleh Syahrul dan Penerimaan dibacakan oleh saya sendiri. hehe

sumber: dari sendiri
Setelah pembacaan puisi selesai, dimulailah diskusi yang dipandu oleh salah satu punggawa Malam Puisi Jakarta, Ika Fitriana. Ada beberapa bahasan menarik dan menggelitik dari diskusi ini. Dalam bukunya, Mas Hasan memberikan sudut pandang yang lain mengenai Chairil. Beliau menjelaskan perempuan-perempuan yang ada di sekitar Chairil selain istrinya Hapsah, yang menjadi inspirasi Charil dalam menuliskan puisi-puisinya yang jumlahnya hanya 70 puisi.

Chairil diketahui oleh banyak orang adalah penyair yang hidup luntang lantung di jalanan Jakarta sejatinya adalah anak orang kaya. Ayahnya adalah bupati di salah satu kota di Sumatera. Dalam bukunya, Mas Hasan menyingkap alasan-alasan mengapa Chairil harus menjalani hidup dengan cara memprihatinkan (jika memang harus dikatakan seperti itu).

Aku berkaca | Ini muka penuh luka | Siapa punya? - Selamat Tinggal

Mas Hasan pun menjelaskan tentang dugaan plagiasi yang dilakukan oleh Chairil pada puisi Karawang - Bekasi, juga tentang pertanyaan mengenai asal muasal pertama kalinya puisi Aku (yang menjadi puisi paling iconic) dibacakan oleh Chairil di depan Rosihan Anwar, Jassin, dan Usmar Ismail.

Ada banyak hal yang diungkap dan dijelaskan oleh Mas Hasan Apsahani dalam buku terbarunya, hal-hal mengenai Charil yang luput dan belum terungkap secara umum. Selain mengenai kehidupan dan cara hidup Chairil yang bohemian, dalam diskusi dan buku juga disebutkan tentang asal muasal puisi-puisi yang ditulis. Bahwa puisi-puisi yang ditulis oleh Chairil selalu mempunyai cerita, untuk dan sebab apa puisi itu dibuat.
Diskusi yang berlangsung selama 1,5 jam meninggalkan banyak pertanyaan-pertanyaan mengenai Chairil. Pertanyaan, yang akan terjawab dengan membaca buku terbaru Mas Hasan Apsahani yang berjudul Chairil.

sumber: dari sini

Selepas diskusi, acara ditutup dengan adanya Malam Puisi bersama-sama teman-teman dari Malam Puisi Jakarta, Depok dan Bekasi. Dipandu oleh Andi Gunawan mengajak peserta acara untuk membacakan kembali puisi-puisi milik Chairil.

Malam Puisi dibuka oleh Mas Hasan yang membacakan naskah radio milik Chairil, lalu kemudian ada Mas Gabriel Mayo yang bernyanyi. Malam Puisi dimulai dengan dibacakannya Diponegoro secara teatrikal oleh Mas Al. Kemudian satu per satu teman-teman peserta maju dan membacakan puisi-puisi Chairil lainnya. Petjah!!





Mengutip perkataan Mas Hasan: "Wajah perpuisian Indonesia berubah sejak dibacakannya puisi Aku oleh Chairil Anwar. Sejak saat itu puisi-puisi di Indonesia tidak lagi sama, tidak lagi penuh metafora dan bahasa yang mendayu-dayu."

Terima kasih, Chairil!

Senin, 19 September 2016

Di Hadapan Waktu

Aku berdoa agar dapat memunggungi waktu
dan berjalan ke arahmu
Menghentikan langkah diriku yang dulu agar tak bersilangan dengan jalanmu

Sebelum kesalahan ditanam
Sebelum bibit duka tumbuh menjadi tunas
dan mekar dalam hati kita

Sebelum masa lalu menjadi masa depan yang terlalu enggan untuk ditemui
Sebelum kenangan menjadi menjadi mimpi buruk saat tidur siang

Sebelum hujan turun dan kau mendekap erat lenganku
Sebelum petir bergemuruh dan kau menutup telinga lalu memelukku
Sebelum janji-janji diucapkan dengan sorot mata penuh kesungguhan

Sebelum bel pulang sekolah menjadi waktu yang paling kita tunggu untuk bertemu
Sebelum jam istirahat tiba dan aku dapat mencuri lihat dirimu dari balik jendela
Sebelum pengumuman kelulusan tes masuk sekolah dan aku berkenalan denganmu

Sebelum...
Sebelum...
Sebelum semuanya menjadi sisa-sisa yang sia-sia di hadapan waktu.

Jumat, 15 Juli 2016

Menonton Televisi

Selalu kuingat sorot matamu yang ceria kala menatap layar kaca
Memandangku yang seorang diri di sana
Bibirmu merekah serupa bunga yang selalu ingin kujamah

Aku hanyalah wajah yang kelak akan kau lupakan
Sosok yang hanya kau temui di akhir pekan; tanpa percakapan
Hanya perkataan-perkataan aku seorang
Yang mungkin akan terlupakan kala televisi dimatikan

Kau adalah masa depan
Sementara aku adalah kepingan ingatan yang ditinggalkan oleh waktu
"Tidakkah kau rindu padaku?" tanyamu
Adakah yang lebih dari rindu? Jika ada, itu jawabku
Jika kau rindu, mari bertemu.
Temui aku di hari Sabtu.






----------------------------------------------------------------------------------------

* Puisi ini tiba-tiba terlintas dan ditulis setelah selesai menonton film Sabtu Bersama Bapak.

Minggu, 10 Juli 2016

Membicarakan Cinta

Kamu sering bertanya "Cinta itu seperti apa?"
sementara matamu sibuk menatap gawai

Kamu sering pula bertanya "Apakah ada orang yang benar-benar mencintaiku?"
ketika jemarimu sibuk mengetik kata-kata pada akun sosial mediamu

Kamu tidak akan menemukan apa-apa
Coba singkirkan semua itu dan lihat (si)apa yang ada di depanmu
Mungkin cinta sedang menunggumu lupa pada gawaimu

Selasa, 05 Juli 2016

Merayakan Hari Raya

Takbir yang berkumandang mengingatkanku pada ocehanmu tentang bangun sebelum matahari tinggi
Hari raya selalu menjadi hari yang bingar walau sunyi sedang menguasai kota ini

Orang-orang lalu lalang bersalaman
Pakaian dan senyum terbaik mereka kenakan

Di rumahku tersaji berbagai hidangan kesukaanmu
Opor, rendang dan berbagai kue serta manisan yang dulu sering kau buat
Semua, berbaris manis di meja ruang tamu

Ketika orang-orang datang dengan salam dan ucapan permintaan maaf, aku akan selalu teringat olehmu.
Semoga kamu tenang di sisiNya, aku mendoakanmu selalu.

Selasa, 14 Juni 2016

Tidak Ada Kita Saat Ini

Semua orang adalah dirimu
Cuma aku yang tidak

Setiap orang memiliki senyummu
Hanya aku yang tidak

Aku hanya penonton
Dan kamu adalah tokoh yang ada di seluruh cerita

Lalu bagaimana bisa aku menyebut kata kita
Jika hanya aku yang tidak ada di dalam duniamu

Rabu, 08 Juni 2016

Apa Kabar New York Hari Ini?

Petrikor yang kuhidu ketika gerimis tiba, selalu mengantarkan kesadaranku ke tanah yang jauh
Kepada seseorang yang terasing di dunia yang bingar namun dikuasai kesepian; kamu

Rindu serupa aroma lemon yang menguar dari tubuhmu
Yang selalu membawa ingatanku pada pertemuan yang telah lampu namun tetap segar dikenang walau sudah dimakan waktu

Apa kabar New York Hari Ini?
Lihatlah tanda tanya itu, jarak antara keinginan dan kebodohanku untuk menunggu atau melepaskanmu



----------------------------------------------------------------------------
* Anggap saja puisi ini menggunakan sudut pandang tokoh Cinta yang ditujukan kepada Rangga.
* Puisi ditulis untuk menuntaskan rasa penasaran dan terinspirasi setelah membaca buku puisi Tidak Ada New York Hari Ini. :)

Senin, 06 Juni 2016

Melihat Cermin

sumber: dari sini
Pagi ini kudapati kau berada di dalam cermin kamarku Cermin yang memantulkan segala hal yang merujuk padamu Bayangan-bayangan tentang pertengkaran yang kita tanam di masa silam dan kesedihan-kesedihan yang dituai di masa depan Pada ingatan yang menjejalkan segala hal yang bukan lagi kita Tentang kita yang dikutuk kata-kata Tentang kisah sedih yang pelan-pelan disisipkan dalam sebuah cerita yang menuntut untuk bahagia Aku ingin menemuimu sekali lagi; tetapi nyaliku tidak mampu menyala Perjumpaan denganmu ialah caraku untuk membunuh diriku di masa lalu

Sabtu, 04 Juni 2016

Tidak Ada New York Hari Ini, Sebuah Kesan-Kesan

Sumber: milik pribadi
Tidak ada New York hari ini. Tidak ada New York kemarin. Aku sendiri dan tidak berada di sini. Semua orang adalah orang lain." - Tidak Ada New York Hari Ini

Suara Nicholas Saputra sebagai Rangga terdengar jelas ketika tiap bait dalam buku puisi ini dibacakan. Aan Mansyur berhasil menghadirkan Rangga dalam puisi-puisi yang termuat dalam buku puisi Tidak Ada New York Hari Ini.

Puisi-puisi yang dimuat berdasarkan hasil seleksi 200 puisi yang dibuat oleh Aan Mansyur ini sukses menghadirkan aroma rindu, kesendirian dan penantian-penantian panjang yang menunggu untuk dituntaskan. Sebuah resah yang tak berkesudahan yang mencoba untuk tetap tabah walau menyiksa.

Tentang seseorang yang berada di tanah yang jauh dan merindukan orang yang dicintainya. Tentang waktu yang berjalan semakin jauh namun selalu ingin kembali ke masa lampau. Tentang ingatan-ingatan yang ingin dilupakan namun urung dan tetap dikenang. Tentang Rangga yang selalu mencintai Cinta.

"Tiap kata yang kau ucapkan selalu berarti kapan. Tiap kata yang aku kecupkan melulu berarti akan." - Bahasa Baru.
"Kadang-kadang, kau pikir, lebih mudah mencintai semua orang daripada melupakan satu orang." - Pukul 4 Pagi.

Ketika membaca buku Tidak Ada New York Hari Ini, saya seperti sedang menyusuri jalan-jalan sunyi yang menolak untuk ditapaki namun tetap harus dilewati oleh Rangga. Tiap jalinan kata yang ada, seperti menuntun diri saya untuk melihat seluruh keadaan dari pikiran lelaki itu. Seolah ingin membuat saya memaklumi alasan-alasan mengapa Rangga baru bisa kembali setelah ratusan purnama seperti dalam cerita film Ada Apa Dengan Cinta 2.

"Ada saat kau menemukan cinta adalah umbi-umbian di lemari pendingin. Mereka tiba-tiba bertunas meskipun sudah lama lupa rupa dan aroma tanah." - Di Depan Lemari Pendingin.

Menurut saya, Aan Mansyur telah berhasil menjelma sebagai Rangga.

Puisi-puisi yang ada benar-benar seperti ditulis oleh Rangga. Dan saya hanyut dalam perasaan-perasaan ingin kembali yang selalu menghantui Rangga. Ketika membaca buku puisi ini sayup-sayup saya mendengar lantunan suara Melly Goeslaw menyanyikan lagu Denting. Perasaan resah dan rindu itu tersampaikan dengan jelas

"Aku ingin istirahat mengingatmu, tapi kepalaku sudah jadi kamar tidurmu jauh sebelum aku mengenal namamu." - Aku Ingin Istirahat. 

Saya menutup buku ini dengan perasaan penuh yang menyenangkan. Membaca puisi-puisi di buku ini membuat saya menulis sebuah puisi dari sudut pandang Cinta: Apa kabar New York Hari Ini?



sumber: milik pribadi

Jumat, 03 Juni 2016

Kamus Kecil II

Bahasa Indonesia mengenalkanku pada banyak fakta;
Bahwa resah sering membuat orang mendesah
Bahwa menyayangi sering diucapkan oleh kekasih yang ingin menggerayangi
Bahwa pujangga menyukai kata aku dan kau
Bahwa perempuan suka diajak ke KUA

Perempuan di kota tak mempan dirayu hanya dengan kata-kata
Biasanya mereka suka tanpa melihat suku; seringnya karena saku

Bahasa Indonesiaku yang lucu mengenalkanku pada ironi
Bahwa orang-orang besar sering bersikap kasar dan tak sabar
Bahwa orang kaya sering dikata-katai monyet
Bahwa rindu akan dibarengi dengan perasaan sendu

Bahasa Indonesia memiliki banyak peribahasa, dan tentu saja perihbahasa
Misalnya;
Sepandai-pandainya aku mencintaimu, pasti kamu akan jatuh juga pada cinta yang lain.



Jakarta, 21 Maret 2015

Sabtu, 21 Mei 2016

Kata, Kota dan Kita

Apa yang sedang kau tulis hari ini?
Pertanyaan itu selalu menyambangiku setiap senja dan kau duduk di sampingku sepulang bekerja.

Aku merajut kata yang menjalin diri jadi kota yang seandainya kita

Lalu datang seorang lelaki; yang bukan aku.


Kata, kota dan kita perlahan-lahan terhapus keberadaannya dari kau

Selasa, 17 Mei 2016

Kau dan Gelas Kopi Ketujuh

Senyaman pagi
Sepanas siang
Seteduh sore
Sedingin malam
Kau ialah waktu yang tak perlu disebutkan

Gelas ketujuh dan aroma kenangan masih menguar di udara; sekental kopi yang menagih disesap berkali-kali
Pernah suatu kali aku bertanya, lebih kental manakah; secangkir kopi atau kenangan yang keduanya pahit?
Rindu, jawabmu.

Sementara rindu seperti matahari yang terbit di timur dan aku menunggumu di kejauhan barat.
Selalu telat waktu dan datang ketika gelap menyergap.

Sabtu, 14 Mei 2016

Review Buku: Cinta Tak Ada Mati - Eka Kurniawan

sumber foto: dari sini


Judul: Cinta Tak Ada Mati
Penulis: Eka Kurniawan
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama (GPU)
Tahun Terbit: April, 2005 (Cetakan Pertama)
Harga: Rp. – (lupa)
Jumlah halaman: 169
ISBN: 979-22-1257-4

Blurb:

- (tidak ada blurb)

Review:

Setelah sekian lama mempunyai buku ini hasil dari hunting di toko buku bekas langganan (karena buku ini sudah tidak akan mungkin didapatkan jika main ke toko buku Gramedia dan sejenisnya) dan teronggok begitu saja di pojokan lemari baca. Bahkan saya sempat lupa bahwa saya punya buku sebagus ini jika saja tidak membongkar isi lemari baca untuk mencari buku Antologi yang tepat dibaca untuk memenuhi tantangan membaca bacaisme dan Reight Book Club.

Setelah selesai membaca buku Cinta Tak Ada Mati ini saya merasa beruntung dan tidak salah memilih bacaan. Saya menyelesaikan bacaan ini dengan perasaaan senang dan sumringah.

Jika kamu sudah pernah membaca novel-novel Eka Kurniawan (Cantik Itu Luka, Lelaki Harimau, Corat Coret di Toilet, dan O!), kamu pasti akan terlena dengan gaya penulisannya yang lincah dan sangat mengalir. Cara bertutur Eka Kurniawan yang khas dalam menulis novel tetap terlihat tegas dan jelas dalam cerpen-cerpennya yang ada di buku Cinta Tak Ada Mati ini. Minim percakapan dengan deskripsi dan narasi yang sangat mengalir.

Awal membaca buku ini saya agak kaget karena langsung disambut oleh cerpen yang dipakai untuk judul buku: Cinta Tak Ada Mati. Cerpen ini panjangnya sekitar 40 halaman. Cerita pendek yang panjang ini membuat saya harus membacanya perlahan dan beberapa kali menjeda bacaaan agar dapat menikmatinya sebab sudah lama sejak terakhir kalinya saya membaca cerpen yang panjangnya setara hampir 3 cerpen. Ending yang dihadirkan Eka Kurniawan di cerpen Cinta Tak Ada Mati membuat saya refleks mengucap: bangke bener ini endingnya. Kejutan yang kurang ajar pada paragraf akhir membuat saja geleng-geleng kepala setelah apa yang dituliskannya di bagian awal hingga menjelang akhir cerita.

Secara keseluruhan dalam buku kumpulan cerpen Cinta Tak Ada Mati ini termuat 13 cerpen yang pernah terbit di berbagai media dengan beberapa perubahan judul. Berikut daftar isinya:

1. Cinta Tak Ada Mati
2. Kutukan Dapur
3. Lesung Pipit
4. Jumat ini Tak Ada Khotbah
5. Surau
6. Mata Gelap
7. Ajal Sang Bayangan
8. Penjaga Malam
9. Caronang
10. Bau Busuk
11. Pendekar Mabuk
12. Pengakoean Seorang Pemadat Indis
13. Para Musuh

Saya menyukai cara Eka Kurniawan bercerita. Walau tidak jarang, saya harus membaca berkali-kali di beberapa bagian untuk mendapatkan maksud apa yang hendak disampaikan dalam tiap cerita.

Oh iya, di setiap cerita Eka Kurniawan selalu menyiapkan ledakan twist di paragraf akhir. Sebuah ledakan yang benar-benar meruntuhkan persepsi terhadap isi cerita yang sudah dibangun sejak awal hingga menjelang paragraf terakhir.


1. First Impression

Sejak awal saya berharap besar terhadap buku ini, dan harapan saya terbayar lunas setelah menyelesaikan bacaan. :)

2. How did you experience the book?

Ada banyak hal menarik yang saya dapatkan setelah membaca buku ini. Banyak dan saya tidak bisa menjelaskannya. Kamu harus membacanya sendiri dengan persepsimu sendiri.

3. Character

Tiap tokoh dalam cerpen tidak teralalu dieksplore (kecuali di cerpen berjudul Cinta Tak Ada Mati). Eka Kurniawan lebih fokus terhadap permasalahan yang sedang dialami dan dirasakan oleh tokoh-tokoh yang ada di masing-masing cerita.

4. Plot

Tiap cerita disusun dengan sangat rapi dan tidak menyisakan kejanggalan. Plot-plot dalam tiap cerita seperti sudah diperhitungkan dengan baik.

5. POV

Dari 13 cerpen, Eka Kurniawan lebih sering menggunakan PoV 3 walau ada beberapa cerpen yang menggunakan PoV 1 (Penjaga Malam, Surau, dan Caronang).

6. Main Idea / Theme

Dalam buku Cinta Tak Ada Mati tidak terdapat tema khusus yang menjalin keseluruhan cerita. Tiap cerita memiliki permasalahan dan jalan ceritanya sendiri. Dapat berdiri sendiri tanpa harus terikat dengan cerita lainnya.

7. Quotes

Saya tidak pandai menandai sebuah kutipan atau memang seluruh cerita di buku Cinta Tak Ada Mati ini tidak cukup untuk dipenggal-penggal kalimatnya hanya untuk sebuah kutipan?


8. Ending

Setiap ending pada cerita yang ada di buku ini luar biasa kurang ajar. Hahaha!

9. Question

Tidak ada pertanyaan

10. Benefits

Saya belajar banyak dari buku ini dan juga karya Eka Kurnawan lainnya. Cara Eka Kurniawan bercerita dalam tiap karyanya adalah buku pelajaran bagi semua orang yang sedang belajar menulis cerita yang bagus (termasuk saya).








Ditulis untuk  posting Baca Buku Bareng Reight Book Club bulan April 2016, tema Antologi.

Minggu, 08 Mei 2016

Review Film: Ada Apa Dengan Cinta 2

Dimulai dengan dikumpulkannya kembali para pemain Ada Apa Dengan Cinta untuk iklan dari salah satu aplikasi chat, para penonton film tersebut seperti diberi harapan dengan adanya lanjutan film tersebut.
Dan, voila! Setelah ratusan purnama, penantian adanya lanjutan film Ada Apa Dengan Cinta akhirnya terkabulkan. Mira Lesmana dan Riri Riza akhirnya tergerak untuk membuat sekuel film yang menjadi ikon perfilman Indonesia di awal tahun 2000an.

Sebelum kalian membaca review ini, dapat saya pastikan akan ada spoiler yang secara tidak sengaja saya tuliskan.





Garis besar cerita:

Film Ada Apa Dengan Cinta 2 diawali dengan berkumpulnya lagi geng Cinta (Cinta, Maura, Karmen, Milly) lengkap dengan adanya Mamet, tapi minus kehadiran Alya yang sudah meninggal akibat kecelakaan. Kemudian mereka berencana untuk liburan bersama ke Yogyakarta.

Sementara di belahan bumi lainnya Rangga yang sudah menjalani kehidupan di New York didatangi oleh seorang perempuan yang mengaku sebagai adik tirinya, dan meminta Rangga untuk pulang ke Indonesia dan mengunjungi Ibu mereka yang sudah mulai sakit-sakitan. Perempuan tersebut meninggalkan foto Ibu mereka sebelum kembali pulang ke Indonesia. Sebuah foto yang di belakangnya tertulis alamat Ibu mereka tinggal, di Yogyakarta.

Singkat cerita, Rangga yang kembali pulang ke Indonesia untuk bertemu dengan Ibunya di Yogyakarta secara tidak sengaja ditemukan Carmen dan Milly saat mereka sedang membeli roti. Oleh Carmen, Rangga dipertemukan dengan Cinta.

Pertemuan yang diawali dengan perasaan marah dan kecewa yang menggunung akhirnya reda saat keduanya mencoba untuk berdamai dengan masa lalu.

Rangga memberanikan diri untuk mengajak Cinta berkeliling Yogyakarta saat pertemuan mereka itu. Mereka menciptakan momen sebanyak mungkin yang dapat mereka ciptakan di hari itu.

Pertemuan singkat yang membekas di perasaan masing-masing.


Plot dan Alur :

Film ini menggunakan alur maju pada keseluruhan bagian film. Cerita pada film berjalan dengan alur yang sangat cepat di bagian awal hingga 2/3 menjelang ending. Perjalanan Cinta dan Rangga ke banyak tempat di Yogyakarta selama seharian penuh membuat saya bertanya-tanya ketika menonton: apakah mereka ga capek? Ga tidur-tidur?

Jalinan cerita dalam film Ada Apa Dengan Cinta 2 ini disusun cukup rapi dan secara umum ceritanya tidak seburuk trailernya. Iya, saya harus mengatakan bahwa trailer film Ada Apa Dengan Cinta 2 cukup membuat ekspektasi saya turun. Tapi untunglah filmnya jauh lebih bagus dari trailernya.

Walau secara keseluruhan cerita yang disajikan runut dann logis, tetap terasa ada beberapa bagian plot cerita yang bolong dan dibiarkan begitu saja. Yang paling terasa adalah bagian 1/3 akhir film. Alur yang sangat cepat dan plotnya sangat terlihat bolongnya.


Karakter:

Saya selalu percaya pepatah: Waktu berlalu, orang-orang berubah namun tidak dengan cinta.
Film Ada Apa Dengan Cinta 2 sepertinya merupakan medium untuk membuat lebih banyak orang percaya pada pepatah tersebut.

Setelah 14 tahun ada terjadi beberapa perubahan sifat dalam diri masing-masing tokoh. Cinta yang tidak lagi sangat bossy, Carmen yang jauh lebih bijak, Maura yang mulai jadi mamah-mamah hot yang rempong, Rangga yang tidak sependiam dulu.

Mungkin hanya karakter Milly yang tidak mengalami perubahan berarti antara Milly yang sekarang dengan Milly 14 tahun lalu: tetap suka out of topic. Karakter Milly yang seperti ini membuat hubungan antar tokoh jadi lebih hidup dan menyenangkan.

Waktu berlalu, orang-orang berubah namun tidak dengan cinta. Ya, sekali lagi film ini akan memaksa beberapa orang yang menonton film ini untuk setuju dengan pepatah tersebut. Rangga dan Cinta sudah membuktikannya.

Kesan:

Kehadiran puisi-puisi dari Aan Mansyur membuat karakter Rangga semakin hidup. Walau harus diakui, agak disayangkan tidak ada bagian cerita di mana Rangga membacakan langsung puisi tersebut.
Saya merasa, puisi-puisi yang ada di dalam film ini menjadi kekuatan tersendiri yang menggerakkan cerita dan bersinergi dengan karakter Rangga itu sendiri. Puisi-puisi itu terasa begitu hidup dan sangat Rangga sekali.
Puisi-puisi yang dimuat dalam buku Tidak Ada New York Hari ini seolah-olah betul-betul ditulis oleh Rangga sendiri, bukan oleh Aan Mansyur.



Singkat cerita, saya terpuaskan dengan keseluruhan cerita film Ada Apa Dengan Cinta 2 ini.


Oh iya, satu lagi pesan dari saya: hati-hati baper saat dan setelah tonton film ini. :p



Minggu, 01 Mei 2016

Surat Untukmu

Aku menyulam rahasia di lipatan kata pada surat yang kutitipkan pada tukang pos sore kemarin
Surat yang ditakdirkan untuk datang ke alamatmu yang jarang kedatangan tamu.



Bacalah pelan-pelan
dan kamu tidak akan menemukan apa-apa;
selain namamu di sana.

Rabu, 13 April 2016

Mendengar Radio

Hari ini aku melihat cinta sedang membakar dirinya sendiri
Menjadi abu yang kelabu
Serupa langit yang muram yang siap menghujamkan badai; di hati

Dan kesedihan akan mengekal dalam ingatan

Esok lusa, kesedihan ialah masa lalu yang mengulang di masa depan
Kau akan menjadi nada sumbang yang dinyanyikan di radio kesayangan
Suara-suara pilu yang minta untuk didengarkan berulang-ulang

Dan aku, dengan tabah mendengarkannya hingga tak ada lagi suara yang bisa kudengar; selain tangismu.

Minggu, 10 April 2016

Revie Buku: Koin Terakhir - Yogie Nugraha


Judul: Koin Terakhir
Penulis: Yogie Nugraha
Penerbit: Bentang
Tahun Terbit: Juli, 2013 (Cetakan Pertama)
Harga: Rp. – (lupa)
Jumlah halaman: 287 hal.
ISBN: 978-602-7888-57-9

Blurb:

Sebuah data rahasia milik pemerintah yang disimpan dalam koin berongga dicuri dari Lembaga Sandi Negara. Keamanan nasioanal terancam hancur jika data itu disebarluaskan. Badan Intelejen Negara pun turun tangan. Mereka menugaskan Zen, agen terbaik BIN untuk menuntaskan kasus ini.

Lokasi koin terdeteksi, target pun terkunci. Penugasan yang terdengar sederhana menjelma menjadi malapetakatak terduga, membawa Zen melintasi berbagai negara di Eropa, bahkan mengancam nyawanya. Waktu kian mengimpit, Zen harus bergegas menuntaskan misinya... hanya untuk menemukan bahwa ia berada tepat di tengah konspirasi sebuah organisasi rahasia.

Di tengah gejolak politik dan ekonomi global yang berkecamuk, sebuah skenario besar sudah disiapkan. Bangsa ini tersingkir menjadi orang asing di negeri sendiri. Ketika politik menjadi serupa perang tanpa peluru, batas antara kawan dan lawan semakin membingungkan. Zen pun harus mempertanyakan, siapa sebenarnya musuh mereka?

Review:

Secara keseluruhan, saya menutup buku ini dengan banyak kekecewaan.

1. Pola penulisan yang sangat mengikuti pola novel Deception Point karya Dan Brown. Jika kamu sudah pernah membaca novel tersebut, maka kamu udah bisa menebar arah cerita ini di 20 halaman pertama.
2. Deskripsi yang kasar (terlalu show) dan rapat. Hampir sepertiga isi buku hanya digunakan untuk menjelaskan siapa si tokoh secara langsung di awal. Saya - pembaca - tidak diberikan kesempatan untuk menerka bagaimana sosok tokoh-tokoh yang ada di dalam cerita, karena, ya oleh penulisnya sudah dijelaskan secara gamblang di awal. Sangat membosankan.
3. Karakter, emosi serta konflik yang terlalu dipaksakan alias nanggung.
4. Alur yang sangat cepat namun tidak cukup kuat. Meski dalam cerita disebutkan bahwa si tokoh berpacu dengan waktu, namun perpindahan cerita dari 1 bab ke bab berikutnya tidak mulus. Miskin narasi.

Saya kecewa.

Sial.


1. First Impression

Saat awal ingin membaca buku ini, saya sudah menduga bahwa penulisnya menjadikan novel karya Dan Brown sebagai acuan utama. Ekspektasi saya lumayan tinggi terhadap novel ini. Perasaan saya berdebar menunggu kejutan seperti apa yang akan diberikan novel ini, dan bertanya-tanya apakah saya akan mendapatkan cerita dengan ketegangan serta tensi yang tinggi seperti saat membaca acuan utama novel ini. Namun saya kecewa. Ekspektasi yang tinggi seringkali menghancurkan.

2. How did you experience the book?

Bagian paling menarik dari buku ini hanyalah pada bagian awal, yaitu ketika penjelasan-penjelasan mengenai badan dan institusi negara seperti Sekolah Tinggi Intelijen Negara (STIN), Badan Intelejen Negara  (BIN) yang selama ini jarang sekali dibahas dan segelintir saja orang yang tahu akan itu.

3. Character

Ada beberapa karakter yang terlibat dalam novel ini, namun secara garis besar saya dapat menyebutkan 3 karakter yang memainkan peran penting di novel ini:

a. Zen Wibowo: Tokoh utama di novel ini. Saya baru menyadari setelah selesai membaca novel ini yang saya baca skimming bahwa tokoh ini sangat too good to be true, terlalu sempurna: agen terbaik, tidak pernah gagal dalam misi, rupawan dan cerdas.

b. Brigjen Soedarmono : Kepala Lemsaneg (Lembaga Sandi Negara) yang menugaskann Zen Wibowo dalam misi

c. Sugiyono Aryokusumo: pengusaha gelap yang menginginkan rahasia negara yang sedang dicari oleh Zen Wibowo.

4. Plot

Plot dalam cerita ini sejatinya adalah Plot Maju yang diselipkan beberapa cerita mengenai penjelasan karakter dan keseharian masing-masing tokoh. Iya bener, karakter dan keseharian tokoh diceritakan secara gamblang dengan pola tokoh A seperti ini, bla..bla..bla..

5. POV

Novel ini menggunakan PoV 3 dengan mayoritas menceritakan tentang apa yang Zen Wibowo alami.

6. Main Idea / Theme

Seorang programer jenius yang merupakan karyawan Lamseneg membobol data rahasia. Dia memasukan data rahasia tersebut dalam bentuk chip yang dimasukkan ke dalam koin. Dalam pencariannya, programer itu ditemukan tewas, namun koin tersebut sudah berpindah tangan. Zen Wibowo, salah seorang agen mata-mata terbaik ditugaskan leh Lamseneg untuk menelusuri, mencari dan merebut kembali data rahasia tersebut. Dalam pencariannya Zenn Wibowo harus berpindah-pindah dan bergerak cepat untuk dapat menemukan koin yang sudah berpindah-pindah tangan.

7. Quotes

Saya nggak sempat menandai quotes di buku ini yang entah ada atau tidak karena membaca buku ini secara skimming.

8. Ending

Ending terlalu flat dan datar. Pada bagian epilog dibuat menggantung seolah cerita ini kemungkinan akan berlanjut. Tapi saya merasa sudah cukup untuk membaca sampai di buku ini saja kalau memang lanjutan buku ini akan diterbitkan.

9. Question

Apakah penulisnya tidak mencoba untuk menuliskan kisah ini dengan cara yang berbeda? Tidak hanya terpaku dan mengacu pada 1 novel semata?

Ayolah, ada begitu banyak kisah seperti ini namun kenapa hanya seperti mengacu pada novel karya Dan Brown semata?

10. Benefits

Berkat novel ini saya jadi tau bahwa ada institusi pendidikan negara seperti Sekolah Tinggi Intelijen Negara dan tahu mengenai Hollow Nickel Case. Selebihnya saya tidak mendapatkan apa pun dari novel ini.









Ditulis untuk  posting Baca Buku Bareng Reight Book Club bulan Maret 2016, tema Adventure.

Sabtu, 26 Maret 2016

Terkutuklah

Terkutuklah mereka yang mengaku cinta namun diam
Mereka yang memandang dari balik bayang
Mereka yang kalah sebelum berperang

Di kamar yang gelap, di sudut ruang yang dipenuhi oleh ketiadaan selain sunyi
Rasa takut mencekik leher-leher mereka
Lidah mereka kelu melafalkan bait kata: aku kangen
Gegap dan ragu mengaku sedang merindu

Terkutuklah mereka yang menuliskan puisi cinta dan membacakannya di altar, tanpa pernah ada kekasih di hadapannya
Mereka yang berdusta dan mengaku setia pada kesepian
Mereka yang jemarinya lincah namun mulutnya bungkam

Berlembar-lembar kesedihan mereka tuliskan
Surat-surat yang menanti dibaca namun menolak untuk dikirimkan
Barisan kata perihal rindu akan percakapan sederhana yang sudah lama tidak
Terkutuklah kamu yang sudah menjadikan aku seperti mereka!


Jakarta, 26 Maret 2016

Senin, 22 Februari 2016

#Prompt 104: Secangkir Kopi dan Airmata Peri

Kebebasan selalu layak untuk dirayakan. Maka selepas keluar penjara, yang diinginkan ialah mengunjungi kedai kopi ini. Kebahagiaan akan semakin lengkap bila dinikmati dengan secangkir kopi. Hanya di kedai kopi ini ia bisa menikmati kopi terbaik yang disajikan dengan cara yang paling baik.

Aroma kopi menguar di penjuru ruangan. Lelaki itu tersenyum seraya menghirup dalam-dalam. Setelah berbulan-bulan menghirup udara pengap penjara, aroma kopi adalah penyelamat baginya. Lelaki itu mengacungkan jemari memanggil pramusaji yang hilir mudik melintasi mejanya. “Berikan saya daftar menu,” ucapnya pelan.

Sebelumnya ia tidak pernah membutuhkan daftar menu saat mampir ke kedai kopi ini. Pesanannya selalu sama dari waktu ke waktu.

Setelah datar menu berada di genggamannya, ia melihat-lihat deretan nama minuman kopi yang hampir sama. Nyaris tidak berubah, kecuali satu hal. Menu favoritnya sudah dihapus sejak kali terakhir ia berada di kedai kopi ini berbulan-bulan yang lalu. Sebelum sebuah kejadian mengantarkannya ke dalam pengapnya hotel prodeo.

“Hai, apa kabar?” tanya seorang kakek tua bermata gelap menyapa lelaki itu. “Lama tidak jumpa, ke mana saja?”

Lelaki itu tersenyum saat melihat siapa yang menyapanya. “Liburan,” ucapnya singkat. Kakek tua itu tidak ada saat kejadian malam itu. Hal yang membuatnya mendapatkan sebuah tiket liburan ke sel tahanan.

“Tumben memesan menu yang berbeda?” tanya kakek tua itu. “Ada apa dengan secangkir kopi dengan tujuh tetes airmata peri kesukaanmu?”

“Peri sudah tidak ada,” ucapnyaa singkat.

“Ke mana?”


“Mati. Aku yang membunuhnya setengah tahun yang lalu.”

Senin, 25 Januari 2016

Pesta Fiksi #25Januari - Sepasang Jarum Jam

"Sepasang jarum jam adalah tangan kita yang saling berpelukan."

Aku mengingat dengan jelas saat bait itu kamu ucapkan. Suaramu yang terdengar serak dan kering itu masih menggema di daun telinga; berulang-ulang membisiki telinga saat aku memejamkan mata. Waktu telah melompati bilangan bulan,sejak terakhir kamu membacakan sepenggal bait puisi dari penyair yang kamu kagumi itu kepadaku-dan ingatanku masih segar tentang hal tersebut.

Mataku mengerjap. Di hadapanku ada pulahan pasang orang berkemeja bagus dan bergaun cantik yang berdiri sambil mengobrol atau makan. Sebagian lain dari mereka berjalan mengular menyalamiku seraya membisikkan kalimat 'selamat ya'. Lalu kemudian mereka berdiri berjejer di sampingku untuk foto bersama. Aku hanya bisa membalas dengan senyuman kepada orang-orang yang sebagian besar tidak kukenal siapa.

Pada saat seperti ini, entah kenapa aku kembali mengingatmu. Mataku terasa panas. Mengingatmu adalah caraku menertawakan takdir. Setelah sekian lama akhirnya aku harus mengakui kata-kata dalang gila itu yang berkata dalam bukunya yang kurang lebih berbunyi; "jatuh cinta adalah takdir, menikah itu pilihan."

Waktu terus berjalan, orang-orang berubah namun kenangan akan selalu kekal. Begitu ucapmu dulu. Bahkan jika nanti jalan kita berseberangan, aku masih akan tetap mengingatmu dengan baik. Timpalmu kembali saat itu.

Lalu tak lama setelah kamu mengatakan hal itu kepadaku, kamu pergi meninggalkanku. Tidak pernah mau menemuiku saat aku menghampiri rumahmu.

Kita seperti sepasang jarum jam yang membentang jarak paling jauh dan bertolak sisi.

"Sajak ini adalah caraku mengingatmu, sebuah cinta yang tak lazim." Lamunanku buyar. Kesadaranku tersentak saat mendengar bait ini dibacakan. Perhatianku segera tertuju pada bagian pojok ruangan. Ada lelaki asing yang membacakan puisi tersebut.

"Jatuh cinta, pelajaran terbaik untuk tabah sebelum dan sesudah sakit. Dalam cinta kehilangan hanya soal mengingat dan melupakan." Airmataku merembas membasahi pipi.

Tak lama lelaki itu datang menghampiriku, dan berbisik. "Selamat untuk pernikahannya."

"Kamu siapa?" tanyaku dengan nada tertahan.

Lelaki asing itu tersenyum. "Aku adiknya. Aku datang mewakili dia. Dia meminta maaf tidak bisa menjawab undangan darimu yang datang ke rumah," ucapnya pelan.

"Di mana dia sekarang?"

"Surga."


----------------------------------------------------------------------------------------------------------
* FF 310 kata tanpa judul