Minggu, 08 Mei 2016

Review Film: Ada Apa Dengan Cinta 2

Dimulai dengan dikumpulkannya kembali para pemain Ada Apa Dengan Cinta untuk iklan dari salah satu aplikasi chat, para penonton film tersebut seperti diberi harapan dengan adanya lanjutan film tersebut.
Dan, voila! Setelah ratusan purnama, penantian adanya lanjutan film Ada Apa Dengan Cinta akhirnya terkabulkan. Mira Lesmana dan Riri Riza akhirnya tergerak untuk membuat sekuel film yang menjadi ikon perfilman Indonesia di awal tahun 2000an.

Sebelum kalian membaca review ini, dapat saya pastikan akan ada spoiler yang secara tidak sengaja saya tuliskan.





Garis besar cerita:

Film Ada Apa Dengan Cinta 2 diawali dengan berkumpulnya lagi geng Cinta (Cinta, Maura, Karmen, Milly) lengkap dengan adanya Mamet, tapi minus kehadiran Alya yang sudah meninggal akibat kecelakaan. Kemudian mereka berencana untuk liburan bersama ke Yogyakarta.

Sementara di belahan bumi lainnya Rangga yang sudah menjalani kehidupan di New York didatangi oleh seorang perempuan yang mengaku sebagai adik tirinya, dan meminta Rangga untuk pulang ke Indonesia dan mengunjungi Ibu mereka yang sudah mulai sakit-sakitan. Perempuan tersebut meninggalkan foto Ibu mereka sebelum kembali pulang ke Indonesia. Sebuah foto yang di belakangnya tertulis alamat Ibu mereka tinggal, di Yogyakarta.

Singkat cerita, Rangga yang kembali pulang ke Indonesia untuk bertemu dengan Ibunya di Yogyakarta secara tidak sengaja ditemukan Carmen dan Milly saat mereka sedang membeli roti. Oleh Carmen, Rangga dipertemukan dengan Cinta.

Pertemuan yang diawali dengan perasaan marah dan kecewa yang menggunung akhirnya reda saat keduanya mencoba untuk berdamai dengan masa lalu.

Rangga memberanikan diri untuk mengajak Cinta berkeliling Yogyakarta saat pertemuan mereka itu. Mereka menciptakan momen sebanyak mungkin yang dapat mereka ciptakan di hari itu.

Pertemuan singkat yang membekas di perasaan masing-masing.


Plot dan Alur :

Film ini menggunakan alur maju pada keseluruhan bagian film. Cerita pada film berjalan dengan alur yang sangat cepat di bagian awal hingga 2/3 menjelang ending. Perjalanan Cinta dan Rangga ke banyak tempat di Yogyakarta selama seharian penuh membuat saya bertanya-tanya ketika menonton: apakah mereka ga capek? Ga tidur-tidur?

Jalinan cerita dalam film Ada Apa Dengan Cinta 2 ini disusun cukup rapi dan secara umum ceritanya tidak seburuk trailernya. Iya, saya harus mengatakan bahwa trailer film Ada Apa Dengan Cinta 2 cukup membuat ekspektasi saya turun. Tapi untunglah filmnya jauh lebih bagus dari trailernya.

Walau secara keseluruhan cerita yang disajikan runut dann logis, tetap terasa ada beberapa bagian plot cerita yang bolong dan dibiarkan begitu saja. Yang paling terasa adalah bagian 1/3 akhir film. Alur yang sangat cepat dan plotnya sangat terlihat bolongnya.


Karakter:

Saya selalu percaya pepatah: Waktu berlalu, orang-orang berubah namun tidak dengan cinta.
Film Ada Apa Dengan Cinta 2 sepertinya merupakan medium untuk membuat lebih banyak orang percaya pada pepatah tersebut.

Setelah 14 tahun ada terjadi beberapa perubahan sifat dalam diri masing-masing tokoh. Cinta yang tidak lagi sangat bossy, Carmen yang jauh lebih bijak, Maura yang mulai jadi mamah-mamah hot yang rempong, Rangga yang tidak sependiam dulu.

Mungkin hanya karakter Milly yang tidak mengalami perubahan berarti antara Milly yang sekarang dengan Milly 14 tahun lalu: tetap suka out of topic. Karakter Milly yang seperti ini membuat hubungan antar tokoh jadi lebih hidup dan menyenangkan.

Waktu berlalu, orang-orang berubah namun tidak dengan cinta. Ya, sekali lagi film ini akan memaksa beberapa orang yang menonton film ini untuk setuju dengan pepatah tersebut. Rangga dan Cinta sudah membuktikannya.

Kesan:

Kehadiran puisi-puisi dari Aan Mansyur membuat karakter Rangga semakin hidup. Walau harus diakui, agak disayangkan tidak ada bagian cerita di mana Rangga membacakan langsung puisi tersebut.
Saya merasa, puisi-puisi yang ada di dalam film ini menjadi kekuatan tersendiri yang menggerakkan cerita dan bersinergi dengan karakter Rangga itu sendiri. Puisi-puisi itu terasa begitu hidup dan sangat Rangga sekali.
Puisi-puisi yang dimuat dalam buku Tidak Ada New York Hari ini seolah-olah betul-betul ditulis oleh Rangga sendiri, bukan oleh Aan Mansyur.



Singkat cerita, saya terpuaskan dengan keseluruhan cerita film Ada Apa Dengan Cinta 2 ini.


Oh iya, satu lagi pesan dari saya: hati-hati baper saat dan setelah tonton film ini. :p



1 komentar:

  1. terus ending-nya jadian lagi gak Cinta dan Rangganya, karena kan katanya Cinta sdh bertunangan hehe

    BalasHapus