Senin, 27 September 2010

Sekeping Kata Maaf (cerpen)

"lo nyadar nggak sama apa yang udah lo lakuin?" bentak Dara kepada Sheila
"maaf-maaf gue nggak sengaja numpahin minuman ini di baju lo, benaran deh gue nggak sengaja"
plak! sebuah tamparan keras mendarat di pipi halus milik sheila
"Dara!! lo apa-apaan sih? jangan karena lo anak wakil kepala sekolah disini, lo jadi ngerasa bisa berbuat sesuka hati lo!"
"dia yang salah Ren, gara" dia baju gue kotor. lo liat aja" kata-kata pembelaan mengalir melalui mulut Dara kepada Reni seraya memperlihatkan bercak noda dibagian depan seragamnya.
Reni memandang Sheila yang berjalan menjauh dengan isak tangis menghiasi wajahnya.
"Sheila!" teriak Reni seraya berlari ke arah Sheila yang telah berbalik
"gue harap lo bisa maafin sifat-sifat jeleknya Dara yah"
"iya Ren, gue juga sadar kok kalau gue yang salah"
"iya tapi bukan berarti dia bisa seenaknya ngelakuin hal ini ke lo kan? dan gue harap lo bisa maafin Dara yah"
"iya Ren, tenang aja gue bisa maafin dia kok" ucap Sheila kepada Reni sambil berjalan meninggalkan Reni yang terdiam.
Reni berjalan kembali menuju tempat Dara menapar Sheila
"Dara, lo gila apa. jangan lo kira karena Sheila salah lantas lo bisa segampang itu nampar dia di depan anak-anak kayak begini"
"Reni.... lo sebagai sahabt gue harusnya belain gue dong, bukan malah belain orang lain yang justru udah berbuat salah ke sahabat lo yang satu ini"
"oke dia salah, tapi tindakan lo nampar dia itu nggak seharusnya terjadi kalau aja lo bisa memurahkan hati lo sedikit dan merendahkan keangkuhan dalam diri lo"
"sory Ra, gue kurang suka punya sahabat yang terlalu angkuh dan sombong" ketus Reni meninggalkan Dara dalam keheningan
aakhhh, kenapa gue harus dijauhin sama sahabat gue hanya gara-gara kejadian ini.
kenapa sekeping kata maaf ini begitu mahal, dan terlalu sulit untuk gue ucapin. kenapa? kenapa? kenapa diri ini terlalu angkuh dan sombong? pertanyaan itu silih berganti memenuhi kepala Dara untuk beberapa saat.
"Sheila!! Maafin kelakuan gue tadi yah, nggak seharusnya gue nampar lo kayak tadi"
"Reni, maafin gue juga yah buat keangkuhan gue selama ini. gue harap u nggak ngejauhin gue karena kejadian ini.
"nggak apa-apa kok Ra, gue udah maafin u daritadi kok" senyum Sheila
"Kalau aja lo bisa murah hati dan memaafkan orang lain, kejadian ini nggak perlu terjadi kan" ucap Reni
"iya-iya, gue sadar kok kalau sekeping kata maaf itu mahal sekali harganya"

Senin, 20 September 2010

Setitik Cinta di Ufuk Harapan

cinta yang memandang keabu-abuan
meregang kesetiaan dalam jiwa
terbesit sebuah rasa nyata
hampa sepi dan setitik pengharapan yang tak kunjung bersinar
di kala sore menjelang waktu terbenam
aku melihat sebuah titik cinta dalam senyummu
di ufuk senja harapan..

Kamis, 16 September 2010

1000 malam

1000 malam ku berjanji
1000 malam ku berkata padamu untuk bertahan
1000 malam ku ingin lewati bersamamu

aku
yang berlidah tak bertulang
bersumpah demi siang dan Matahari
menjalani 1000 hari dengan semua kehampaan

bercinta dengan ketiadaan
aku ingin jalani itu semua
melawati 1000 malam untuk sebuah penantian

aku,
dengan 1000 malam yang kujanjikan untukmu
dengan 1000 alasan ku ingin ingkari hal itu

aku,
dengan 1000 keinginan melepas kerinduan ini
dengan 1000 kemauan ingin dicintai, dikasihi dan dirindukan

aku
yang pasrah akan godaaan
tak mampu pungkiri kenistaan dalam jiwa

aku,
dengan ketidakberdayaan ku,
lukai keberadaan diri,
torehkan malu dalam sebuah janji
sebelum 1000 malam tiba, aku telah berpaling darinya..
maaf....

Selasa, 14 September 2010

FATAMORGANA

ketika semua bayang memudar
ketika segala yang kita inginkan telah menjauh
ketika apa yang kita jaga tak lagi memperhatikan kita
ketika setiap keinginan kita hanya hampa
apa yang kita harap dari sebuah ketidakpastian?

disini setiap orang berkata "bangkitlah"..
semua teman-teman berusaha membangkitakanku lagi
saat orang-orang terdekat berucap "bangunlah kawan"
dimana dalam jiwa ini berontak untuk berkata "life must go on kawan"

namun ada janggal,
ada yang terlupa,
ada yang membuat jiwa dan pikiran selalu bertengkar
seperti sebuah kotak teka teki yang tak terjawab

diam, merenung, berfikir berusaha mencerna keadaan
saat fikiran ini selalu berusaha kembali,
saat jiwa terlalu sibuk menyendiri
entah kenapa saat aku kembali pada kehidupan..
aku merasa ada yang hilang dalam hidupku saat ini dan akupun terlarut dalam fatamorgana fikiran yang tak kunjung tersadarkan..

Senin, 13 September 2010

Tak Ada Cinta di Atas Sepotong Chatting

Dihadapan sebuah layar monitor dan diatas sebuah keyboard jariku menari-nari mengetik semua percakapan yang sedang berlangsung melalui sebuah dunia maya. Ya, melalui sebuah dunia maya dan jejaring sosial aku bisa mengenalnya. Walau mata tak pernah bertatap langsung, telinga tak pernah mendengar suaranya, aku tetap bisa berkomunikasi dengannya.
Aku tersenyum senang saat bisa terus mengetik semua kata-kata percakapan dengannya, entah mengapa aku senang dan merasa sangat gembira bisa mengenal dia.

"hey apa kabar?" tanya ku dalam sebuah percakapan
"kabar baik, kamu sendiri apa kabar?" jawabnya...

kegiatan ini selalu berulang-ulang terus menerus dan berlangsung dalam waktu yang cukup lama.
tak terasa telah 2 tahun aku mengenalnya, hampir setiap hari kuhabiskan waktuku didepan sebuah layar monitor kecil ini hanya untuk menunggu saat-saat aku bisa berbicara lewat kata-kata dengannya.
telah 2 tahun aku mengenalnya, kita telah berbagi cerita tentang diri kita, tentang apa yang kita suka, apa yang biasa kita lakukan sehari-hari, tentang apapun yang bisa kita ceritakan.

Telah 2 tahun sejak pertama kali aku mengenalnya melalui jejaring sosial, tanpa pernah aku bertemu dengannya tanpa pernah melihat sosoknya, tanpa pernah aku beranikan diri untuk mengajaknya bertemu.
aku merasa senang mengenalnya, merasa nyaman saat berbagi cerita dengannya, merasa begitu dekat ketika aku menuliskan semua kata untuknya.

telah 2 tahun aku mengenalnya, telah 2 tahun pula aku menutup diri dan perasaanku unutuk orang lain. Aku terbius, aku terlena dan aku percaya bahwa aku telah memilih dia dan dia pun akan menjadi kekasihku.

telah 2 tahun aku mengenalnya dan kini aku sadar bahwa ini semua hanya semu, ini semua hanya khayalanku. Seperti aku terbangun dari mimpiku, setelah 2 tahun aku sadar bahwa dia begitu jauh, dia tak ada, dan dia takkan pernah bisa kutemui. Aku tersadar tanpa pernah kusadari bahwa aku terlalu berharap, dia tak pernah inginkanku, semua pengharapan, waktu dan apapun yang kulakukan untuknya adalah sebuah kesia-siaan.

setelah semua waktu yang terbuang percuma, dalam hati ini timbul keyakinan bahwa memang tidak mungkin ada sebuah cinta yang tumbuh dari sebuah dunia maya. Bahwa tidak ada yang namanya cinta di atas sepotong chatting. Aku memang tidak menyesal telah mengenal dirinya, tapi aku sangat menyesali kesia-siaan yang aku perbuat dan aku sangat menyesal ketika harus kuakui aku telah benar-benar mencintai dirinya yang tak pernah benar-benar mencintaiku, kusesali mengapa dia yang tak nyata yang harus aku cintai.

Minggu, 12 September 2010

Generasi GALAU

Begitu banyak orang-orang yang masih GALAU akan apa yang ingin mereka capai dan mereka inginkan. Khususnya bagi Mahasiswa yang harusnya sudah dapat menentukan jalan mana yang akan dipilih sebagai jati diri mereka. Mungkin sulit untuk menemukan jalan hidup mana yang sesuai dengan diri kita para Mahasiswa, begitu banyak pertimbangan, paksaan dan tekanan dari pihak luar (keluarga, lingkungan, dll) maupun dari dalam diri sendiri.

Kawan, kadang menjalani kehidupan dan memilih jalan kehidupan seperti apa yang tepat dan memang kita inginkan tidaklah mudah. namun, terkadang pola pikir yang sempit seperti itulah yang membuat kita terlalu banyak pertimbangan yang justru selalu membuat kita GALAU dalam menentukan ingin menjadi seperti apa dan bagaimana kita nantinya.

"terkadang nikmati hidup dan jalani hisup ini sesuai dengan apa yang kita inginkan dan mampu kita jalani".
Kata-kata di atas dapat menjadi renungan bagi kita semua (termasuk penulis sendiri). Bagi kita para Mahasiswa, rasa GALAU yang disebabkan oleh masih terdoktrinnya pikiran kita oleh pertanyaan "Apa yang akan saya lakukan nanti?"
jika pernah mengeluarkan pertanyaan itu, berarti itu tanda bahwa kita termasuk generasi "GALAU".

Kawan, mari buka pikiran kita. Renungkan kembali apa sebenarnya motivasi terbesar dalam hidup kita. Lepaskan semua tekanan dan pikiran-pikiran sempit yang malah membuat kita semakin GALAU dalam menentukan jati diri kita.

Semoga setelah membaca tulisan ini kita bisa menjadi lebih bijak dalam menentukan apapun yang akan kita pilih sebagai pencarian jati diri kita agar kita tidak menjadi generasi GALAU berikutnya.

Jumat, 10 September 2010

Aku (Bumi) diam dalam tangis

Diam dalam tangis..

aku menangis melihat perilaku manunia yg tamak..

aku bersedih memandang percekcokan yg tiada henti..

aku merana memperhatikan orang-orang tidak mempedulikan..

AKU (BUMI)..

yang menangis dalam diam melihat keserakahan manusia yg semakin menjadi-jadi..

Rabu, 08 September 2010

Jakarta di kala senja

Jakarta dikala senja..

aku melihat orang" lalu lalang kembali ke sangkarnya

aku mendengar jerit keluhan manusia" metropolitan



Jakarta dikala senja..

aku melihat roda" bertumpuk memenuhi kebisingan jalan

aku mendengar keriuhan dalam keningan senj



Jakarta dikala senja..

aku merasa sudah waktunya ia beristirahat

aku merasa Jakarta telah lelah melihat ketamakan kita