Senin, 22 Februari 2016

#Prompt 104: Secangkir Kopi dan Airmata Peri

Kebebasan selalu layak untuk dirayakan. Maka selepas keluar penjara, yang diinginkan ialah mengunjungi kedai kopi ini. Kebahagiaan akan semakin lengkap bila dinikmati dengan secangkir kopi. Hanya di kedai kopi ini ia bisa menikmati kopi terbaik yang disajikan dengan cara yang paling baik.

Aroma kopi menguar di penjuru ruangan. Lelaki itu tersenyum seraya menghirup dalam-dalam. Setelah berbulan-bulan menghirup udara pengap penjara, aroma kopi adalah penyelamat baginya. Lelaki itu mengacungkan jemari memanggil pramusaji yang hilir mudik melintasi mejanya. “Berikan saya daftar menu,” ucapnya pelan.

Sebelumnya ia tidak pernah membutuhkan daftar menu saat mampir ke kedai kopi ini. Pesanannya selalu sama dari waktu ke waktu.

Setelah datar menu berada di genggamannya, ia melihat-lihat deretan nama minuman kopi yang hampir sama. Nyaris tidak berubah, kecuali satu hal. Menu favoritnya sudah dihapus sejak kali terakhir ia berada di kedai kopi ini berbulan-bulan yang lalu. Sebelum sebuah kejadian mengantarkannya ke dalam pengapnya hotel prodeo.

“Hai, apa kabar?” tanya seorang kakek tua bermata gelap menyapa lelaki itu. “Lama tidak jumpa, ke mana saja?”

Lelaki itu tersenyum saat melihat siapa yang menyapanya. “Liburan,” ucapnya singkat. Kakek tua itu tidak ada saat kejadian malam itu. Hal yang membuatnya mendapatkan sebuah tiket liburan ke sel tahanan.

“Tumben memesan menu yang berbeda?” tanya kakek tua itu. “Ada apa dengan secangkir kopi dengan tujuh tetes airmata peri kesukaanmu?”

“Peri sudah tidak ada,” ucapnyaa singkat.

“Ke mana?”


“Mati. Aku yang membunuhnya setengah tahun yang lalu.”

6 komentar: