Apa yang kamu pikirkan ketika pertama kali mendengar nama Chairil? Puisi berjudul Aku? Rokok? atau kehidupan bohemian sang penyair?
Ada banyak hal mengenai Chairil dan puisi-puisinya yang selalu menjadi hal yang sangat menyenangkan untuk diperbincangkan. Di hari minggu yang mendung tanggal 23 Oktober 2016, GagasMedia bersama teman-teman Malam Puisi Jakarta, Bekasi dan Depok, Jakarta Good Guide dan Komunitas Ke Kini mengadakan rangkaian acara #MembacaChairil.
![]() |
sumber: dari sini |
Setelah berkeliling singkat, tur diakhiri dengan perhentian terakhir di Jalan Cikini Raya No. 45, tempat Komunitas Ke Kini berada. Di dalam ruang serbaguna ini, teman-teman dari Malam Puisi, GagasMedia dan Mas Hasan Aspahani sudah menunggu untuk dimulainya diskusi buku beliau, yaitu buku biografi mengenai Chairil.
Hidup berlangsung antara buritan dan kemudi | Pembatasan cuma tambah menyatukan kenang. - kabar Dari Laut
Diskusi dibuka oleh pembacaan 4 buah puisi dari teman-teman Malam Puisi Jakarta. Puisi berjudul Cintaku Jauh di Pulau dibacakan oleh Astrajingga Asmasubrata, Senja di Pelabuhan Kecil dibacakan oleh Riza Hamdani, Tak Sepadan dibacakan oleh Syahrul dan Penerimaan dibacakan oleh saya sendiri. hehe
![]() |
sumber: dari sendiri |
Aku berkaca | Ini muka penuh luka | Siapa punya? - Selamat Tinggal
Mas Hasan pun menjelaskan tentang dugaan plagiasi yang dilakukan oleh Chairil pada puisi Karawang - Bekasi, juga tentang pertanyaan mengenai asal muasal pertama kalinya puisi Aku (yang menjadi puisi paling iconic) dibacakan oleh Chairil di depan Rosihan Anwar, Jassin, dan Usmar Ismail.
Ada banyak hal yang diungkap dan dijelaskan oleh Mas Hasan Apsahani dalam buku terbarunya, hal-hal mengenai Charil yang luput dan belum terungkap secara umum. Selain mengenai kehidupan dan cara hidup Chairil yang bohemian, dalam diskusi dan buku juga disebutkan tentang asal muasal puisi-puisi yang ditulis. Bahwa puisi-puisi yang ditulis oleh Chairil selalu mempunyai cerita, untuk dan sebab apa puisi itu dibuat.
![]() |
sumber: dari sini |
Selepas diskusi, acara ditutup dengan adanya Malam Puisi bersama-sama teman-teman dari Malam Puisi Jakarta, Depok dan Bekasi. Dipandu oleh Andi Gunawan mengajak peserta acara untuk membacakan kembali puisi-puisi milik Chairil.
Malam Puisi dibuka oleh Mas Hasan yang membacakan naskah radio milik Chairil, lalu kemudian ada Mas Gabriel Mayo yang bernyanyi. Malam Puisi dimulai dengan dibacakannya Diponegoro secara teatrikal oleh Mas Al. Kemudian satu per satu teman-teman peserta maju dan membacakan puisi-puisi Chairil lainnya. Petjah!!
Mengutip perkataan Mas Hasan: "Wajah perpuisian Indonesia berubah sejak dibacakannya puisi Aku oleh Chairil Anwar. Sejak saat itu puisi-puisi di Indonesia tidak lagi sama, tidak lagi penuh metafora dan bahasa yang mendayu-dayu."
Terima kasih, Chairil!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar