Sabtu, 29 Juli 2017

Hikayat Sang Penyair

Aku tak pernah paham dengan penyair yang berkali-kali patah hati
Dia mencinta, terluka, dan kembali mencintai untuk memetik luka
Dari tiap patahan hatinya menetes kata-kata lalu menjelma menjadi puisi;
yang meraungkan segala duka

Sesekali aku melihatnya bahagia, bunga tumbuh subur di halaman hatinya.
Kata-kata berbau harum meruak, menusuk hidungku
Segala metafora indah tersaji di sana

Ayahku pernah berkata, segala yang telalu berlebihan biasanya akan berakhir tidak menyenangkan
Suatu hari, di kejauhan sana aku melihat penyair itu duduk di bawah pohon dengan segelas kopi di sampingnya
Saat itu musim semi
Tapi aku tak melihat satu pun bunga yang tersisa di dirinya

Kulihat dia menangkupkan tangannya di dada, menampung segala kesedihan yang menetes di sana
Lalu ditanamkannya ke lubang yang sejak semalam digali
Kemudian penyair itu menuangkan kopinya
Berbulan-bulan kemudian dia memanen kata-kata yang menjelma dalam buku sajak
"Kesedihan tetap membuatku hidup."