Kamis, 19 Januari 2012

Inilah Aku Tanpamu

Tak pernah aku menafsirkan rindu tanpa dirimu. Tak pernah kuartikan cinta yang menggebu tanpa dirimu yang menjadi tujuannya. Dan aku tak pernah membayangkan sebuah masa tanpa ada hadirmu dalam keseharianku. Semua terasa gelap tanpamu, semua akan terasa 'mati' jika kamu tak ada disampingku.

Kau adalah rumah tempatku berteduh. Hatimu adalah tempat hatiku berpulang. Senyummu adalah warna cerah yang menerangi kelam di jiwaku. Bagiku, kamu adalah jantung yang hidup di dalam dadaku. Kamu adalah bilang yang menggenapkan hitunganku.

Aku berdiri dibawah pohon beringin tempat biasa kita menghabiskan waktu. Menunggu sore tiba untuk melihat matahari terbenam dan memperhatikan semburat jingga membanjiri pelataran langit. "Sayang, lihatlah. Sebentar lagi senja akan hadir." Aku berdiri dalam diam, kupegang teguh payung yang menyelimuti diriku. "Tapi sebentar lagi hujan, pasti kamu tidak akan suka. Sebab katamu, hujan adalah pertanda buruk."

"Sepertinya aku mengerti kenapa kamu membenci hujan. Dan aku pun kini membenci hujan. Sebab hujan telah merebutmu dariku. Hujan menjadi orang ketiga dalam hubungan kita. Hujan telah memisahkan aku dan kamu. Hujan... hujan... hujan..." Tak mampu aku melanjutkan kata-kataku.

Hujan turun melesak dari pelipis mataku, airmata langit turun membasahi tanah yang kupijak. Bahkan beringin pun tak sanggup menaungi diriku dari terpaan hujan. "Sayang aku kangen kamu," ucapku lirih. Tanpamu, tiada hari tanpa hujan yang berdera dari kedua bolamataku. "Sayang, lihatlah. Inilah aku tanpamu. Rapuh. Serapuh ranting yang terhempaskan oleh hujan yang kau benci. Hujan yang menyaputkan matamu sehingga dirimu kecelakaan di hari hujan badai itu, dan pergi meninggalkanku selamanya.

6 komentar: