“Karen, kamu sedang apa disini?
Belum pulang?” tanya Liam kepada perempuan yang sedang berdiri di hadapannya, perempuan
berpita kuning dengan kacamata yang membingkai di wajah ovalnya.
Karen menoleh ke
arah Liam. “Mau pulang, ini lagi nungguin mikrolet,” ucapnya datar kepada Liam.
Muka gerbang sekolah Karen dan Liam memang langsung menghadap ke jalan,
sehingga siswa-siswi yang pulang sekolah bisa langsung menaiki
angkutan-angkutan umum yang melintas di depan sekolah.
“Kamu bawa apa?”
tanya Liam saat dirinya melihat sebuah goodie bag didekap oleh teman sekelasnya
itu. “Dan, kenapa baru pulang jam segini? Tumben-tumbenan.” Liam mendekatkan
motornya ke arah Karen agar lebih mudah berbicara dengannya.
“Oh ini, ini
novel-novel punyaku yang dipinjam sama Andien. Baru pulang jam segini karena
nungguin Andien selesai latihan paduan suara, buat ngambil novel-novel ini,”
ujar Karen kepada Liam yang sudah mematikan
mesin motornya, “kamu sendiri kenapa baru pulang jam segini?”
“Abis main
futsal.” Liam menyunggingkan cengiran saat menjawab pertanyaan Karen. “Daripada
kamu naik mikrolet, mending pulang sama aku aja. Rumah kamu satu arah sama
rumahku,” ucapku memberikan penawaran.
“Nggak usah deh,
nggak enak ngerepotin kamu.”
Liam menyalakan
kembali mesin motornya. “Udah nggak apa-apa. Ayo naik, ini kamu pake,” ucap
Liam menyodorkan helm berwarna biru kepada Karen. “Ayo, nanti keburu Magrib.”
Matahari sudah
mulai meredupkan sinarnya. Semburat jingga hampir padam dan matahari akan
seutuhnya tenggelam di batas cakrawala. Di tengah deru bisingnya suara
kendaraan yang saling bersahutan, Liam memacu kendaraannya melewati celah-celah
yang diciptakan oleh mobil, motor dan angkutan umum yang sedang berebutan
tempat di jalanan.
“Kalau kamu
tetap naik mikrolet, bisa-bisa kamu baru sampai rumah abis Magrib, Ka,” ujar
Liam kepada Karen yang diboncengnya. Karen merapatkan tubuhnya pada Liam, dan
melingkarkan tangannya di pinggang teman sekolahnya itu–takut jatuh.
“Iya, makasi yah
udah nganterin,” ucap Karen, “aku nggak biasa pulang sesore ini sih.”
“Rumah kamu dari
pertigaan di depan lewat mana?” tanya Liam pada Karen. “Soalnya aku cuma pernah
liat kamu turun dari mikrolet di pertigaan di depan sana.”
“Lurus, Li. Nanti
putar balik dan belok ke kiri. Rumahku masuk ke dalam jalan kecil.”
“Oh oke,” ucap
Liam pertanda mengerti.
***
“Liam makasi ya,”
ucap Karen kembali mengucapkan terima kasih kepada Liam saat mereka sudah
sampai di depan rumah Karen.
“Nggak apa-apa,
santai aja. Yaudah, aku pulang sekarang yah.”
Liam
menghidupkan kembali motornya dan segera melesat dengan kecepatan standar. Dari
kaca spionnya dia melihat Karen yang melambaikan tangan kepadanya. Liam
tersenyum saat melihat pantulan Karen yang diselimuti cahaya senja. Terlihat lebih
menarik untuk dipandang.
***
“Karen,” panggil
Liam kepada perempuan yang melintas di depannya. Wajahnya menunduk dan tak
menghiraukan hal lain di sekitarnya, seperti sedang larut dalam pikirannya
sendiri. “Bengong aja kalau jalan. Lagi mikirin apa sih?”
“Hey Liam.”
Karen seperti terkejut saat dipanggil oleh Liam. “Oiya, kamu besok ikut kumpul
sama teman-teman yang lain?” tanya Karen kepada Liam yang sedang duduk-duduk
santai di bawah pohon yang ada di taman sekolah.
“Ikut,” ucap
Liam tersenyum, “kamu juga ikut kan?”
Mimik di wajah
Karen berubah menjadi muram. “Kayaknya nggak deh, Li”
“Lho, kenapa?”
tanya Liam sembari membenarkan posisi duduknya. “Ikut aja, acaranya bakal seru
kayaknya. Sayang lho kalau nggak ikut.”
“Acaranya sore
sih, dan tempat acaranya agak jauh. Ditambah aku nggak tau tempat acaranya
dimana, dan nggak ada barengan.” Karen terus menjabakan alasan-alasan yang membuatnya memutuskan tidak ikut dalam
acara kumpul bersama teman-teman sekolahnya.
“Yaelah, ikut
aja.”
“Nggak berani,
Li. Kalau acaranya sampai malam, gimana?”
“Aku yang
anterin kamu. Nanti aku jemput kamu juga deh, biar kamu nggak ribet buat ke
tempat acaranya. Gimana?”
“Beneran?” tanya
Karen kepada Liam.
“Iya,” ucap Liam
tegas seraya tersenyum. Senyum yang membuat Karen ikut tersenyum karenanya.
***
Seperti yang
diucapkan oleh Liam, acara berjalan dengan seru. Tawa dan canda bertaburan
selama acara. Keheningan hanya menjadi jeda selewat saat Liam dan
teman-temannya lelah tertawa, sebelum dilanjutkan lagi oleh temannya yang lain.
“Kenapa kamu
nggak ikut ngumpul di dekat teman yang lainnya?” tanya Liam yang menghampiri
Karen.
Karen
menyelesaikan tegukannya sebelum menjawab pertanyaan dengan gelengan kepala.
“Sayang lho
kalau cuma diam doang,” ucap Liam tersenyum, “Ke sana yuk,” ajak Liam seraya
mengamit jemari Karen yang membuat perempuan itu sedikit salah tingkah dalm
tersipu malu.
Karen berjalan
di samping Liam menuju kerumunan. Karen yang pemalu memang jarang ikut kumpul
bersama teman-teman sekolah dan cenderung menjaga jarak. Berkat Liam, dia
mengakrabi dirinya dan dalam waktu singkat bisa mencairkan kekakuan yang selalu
dialaminya saat berkumpul dengan teman-teman lainnya.
***
“Liam, sekali
lagi makasi yah,” ucap Karen saat dirinya sudah berada di depan pintu rumahnya.
“Iya, ngga
apa-apa kok, biasa aja. Aku pulang yah, udah malam,” ucap Liam kepada Karen.
“Makasi ya, Nak
Liam, sudah jemput dan nganter pulang Karen.”
“Iya tante. Saya
pamit ya tante,” ucap Liam kepada ibunya Karen, seraya berpamitan.
“Liam anak yang
baik dan sopan yah.”
“Iya, Ma,” ucap
Karen kepada ibunya saat kedua ibu dan anak itu melihat Liam yang sudah
melajukan motornya dalam gelap malam.
***
“Kamu mau pergi
ke acara Sosial Media Festival juga? Wah sama dong, aku nanti sore juga mau ke
sana,” ucap Liam kepada Karen saat mereka tak sengaja berpapasan di lorong
menuju kantin dan mengobrol. “Kamu kesana sama siapa? Sendiri?”
“Sama Andien,”
ujar Karen. “Kamu kesana sama siapa?”
Terdengar bunyi
bel pertanda masuk, jam istirahat telah berahir. “Sampai ketemu sore nanti yah,”
ucap Liam seraya bergegas masuk ke dalam kelas. Beberapa murid yang masih di
kantin pun terlihat buru-buru masuk ke kelasnya masing-masing, termasuk Karen.
***
Aku terpukul jatuh
Saat kau mengajakku
Saat kau kenalkanku
Pada pacar barumu
“Hai Karen,
Andien,” panggil Liam saat melihat kedua temannya di salah satu stand akun
jejaring social yang berpartisipasi dalam acara.
“Hai, Li–” ucap
Karen terputus saat melihat perempuan yang berdiri di samping Liam. Perempuan berambut
lurus sepanjang sebahu yang mengamit lengan Liam.
“Ah iya,
kenalin, ini Gita,” ucap Liam seraya mengenalan perempuan di sampingnya.
“Hai, aku Gita.”
Andien dan Karen menjabat tangan Gita dan ikut memperkenalkan diri.
“Kamu?” tanya
Andien menggantung seraya melirik kepada Liam.
“Aku pacarnya
Liam,” ucap Gita seraya tersenyum simpul.
“Andien, ayo
kita pulang sekarang,” ujar Karen seraya menarik lengan Andien.
“Lho, mau
kemana? Buru-buru banget.” Liam berucap dengan suara agak kencang, sebab Andien
dan Karen sudah menjauh.
“Dasar lelaki,”
gerutu Andien kepada Karen yang sudah mengusap airmata yang menetes di pipinya.
Aku sekuat hatiku
Tak boleh bersedih
Tak boleh menangis
Dan harus kau tahu
Jika boleh jujur
Ingin kupukul pacarmu
Tipe-X – Saat-Saat Menyebalkan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar