Selasa, 31 Januari 2012

Selamat Datang Bulan Merah Jambu

Jemari bergerak perlahan, bunyi keyboards berdetak pelan. Menghiasi sunyinya malam yang dilewati. Bergelas cangkir kopi dengan berbatang rokok menghiasi isi gelas yang sudah kosong. Radiv masih tetap terjaga, siluet hitam berkelebat di kantung matanya. Menandakan waktu tidur yang semakin sempit.

Dihadapan layar monitor yang bernyala redup. Radiv melanjutkan pekerjaannya. Jarum jam bergerak menibulkan detak yang menghiasi sepi. Sekepulan asap kembali berterbangan di udara, Radiv kembali mencari ide yang terselip di dalam jutaan sel di otaknya. Deathline menunggunya, mengacungkan sabit kematian agar dirinya tak terlambat menyerahkan artikel untuk naik cetak beberapa jam lagi.

Malam semakin larut. Sepi semakin mencekam. Radiv melirik sejenak ke salah satu sudut ruang kerjanya, melihat jarum jam menunjukkan pukul sebelas malam -sudah hampir 10 jam dirinya di depan monitor. Dia angkat tangan ke atas, melemaskan sendi di bahu yang menegang. Diputakannya leher ke kanan dan ke kiri, jika lebih lama lagi, mungkin sendinya akan mengeras permanen.

"Alhamdulillah, selesai juga semua artikelnya," ucap Radiv lega. Segera dikirimnya artikel terakhir yang ditunggu-tunggu oleh editor untuk segera diproses cetak untuk besok pagi. Dijentikkannya abu roko yang bertengger di ujung bara. Radiv menghela nafas sejenak lalu melirik lagi ke arah jam dinding. Pukul setengah satu pagi, hari telah berganti, dilihatnya kalender yang ada di sudut meja kerjanya. Sudah berganti bulan pula. Februari sudah menyambutnya. "Selamat datang bulan merah jambu, be nice please," ucap Radiv kepada kalender yang dipegangnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar