Sabtu, 28 Januari 2012

Kopi Tubruk

Pagi menyapa sinis kulit. Mengerutkan pori-pori yang menempel di sekujur tubuh, meresonansikan suasana malas untuk meninggalkan singasana yang berbalutkan selimut tebal.

Semalam hujan turun. Membasahi bumi dengan jutaan rintik air. Bercumbu dengan debu yang beterbangan di udara, dan membuatnya kembali ke tanah. Hembusan angin pagi ini menelusup dari ruas-ruas jendela tak berpintu. Merambat pelan meniupkan semilir sejuk ke dalam kamar. Menimbulkan dingin yang menusuk ; jiwa maupun raga.

Radiv masih bergelut dengan selimut dan bantal gulingnya. Seolah tak mau lepas dari kedua benda tersebut, dan membuat dirinya seperti seorang posesif yang tak ingin melepaskan kekasihnya barang sejenak.

"Sayang, bangun dong. Masa tidur melulu sih," ucap lembut Kirana seraya mengelus lembus pipi Radiv.

Radiv mengerjapkan matanya sejenak, menangkap sosok cantik yang terduduk di sampingnya. Radiv tersenyum simpul, pipinya terasa lebih hangat. Dinginnya pagi terkalahkan oleh hangat jemari Kirana. Ditangkupkannya telapak tangan Kirana agar tak segera lepas.

"Ayo dong, bangun. Nih aku udah buatin kamu minuman kesukaanmu." Kirana mengambil sebuah cangkir yang tadi dibuat olehnya. "Kopi tubruk spesial untuk kamu," ucapnya menyodorkan jenis kopi kesukaan Radiv.

Radiv segera terbangun dari gelutnya. Terduduk dengan balutan selimut, menerima secangkir kopi tubruk yang mengepulkan aroma khas yang sudah sangat dikenalnya. Senyum lebar tersungging di bibir Radiv sesaat setelah dia mencicipi kopi buatan istrinya tersebut. "Makasi ya, Sayang," ucap Radiv seraya mencium kening istrinya. Hangat menjalar keseluruh tubuh Radiv dan mengusir dingin yang sejak tadi menghinggap.

Kirana tersenyum senang. Mendapat sebuah senyum dan kecupan dari suaminya di pagi hari, selaluy membuatnya meraskan bahagia. "Gimana? Pas, kan?" Kirana menayakan sesuatu yang retoris. Sebuah pertanyaan yang sudah dijawab oleh Radiv dengan senyum dan kecupannya tadi.

"Pas banget. Nggak ada yang bisa ngebuat kopi tubruk sebaik buatanmu, Sayang." Radiv kembali mengecup Kirana, kali ini bibir manis istrinya yang menjadi sasarannya. Membunuh dingin dengan kehangatan yang menjalar hingga ke dalam hati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar