Aku menyebutnya sebagai sebuah ikatan, tak terlihat, namun hanya bisa kami rasakan. Aku memanggil mereka dengan sebutan sahabat. Sesuatu yang terlalu bernilai untuk kami sia-siakan. Dia terlalu berharga untuk kami perlakukan seperti biasa.
Sahabat, sebuah ikatan maya yang tak terlihat oleh mata telanjang. Sebuah komitmen tidak tertulis yang terikat dalam hati masing-masing dari kami, termasuk aku. Dalam dekap hati terdekat, sahabat adalah jawaban tidak tertulis atas semua masalah yang datang. Menjadi pemecah kebuntuan dari setiap ketidakberdayaan. Satu ikatan tanpa perayaan. Tak terlihat nyata, namun mengikat jiwa, hati dan pikiran.
Aku menyebutnya sebagai sebuah ikatan, tak terlihat, namun hanya bisa kami eja setiap harinya melalui doa-doa dan harapan yang kami buat. Aku memanggil mereka dengan sebutan sahabatan. Sesuatu yang akan selalu aku jaga dan aku simpan erat. Ikatan yang kusebut ia, komitmen. Komitmen untuk selalu melakukan yang terbaik, di saat terburuk seperti apa pun terjadi di perjalanan kami bersama. Komitmen untuk selalu berada di sana, di samping mereka, di saat hidup menghempaskan mereka ke titik nadir terendah yang mereka dapat di saat mereka berusaha menerjang masa dan hidup setiap harinya.
Dalam dekap dada kujaga tiap hela kebersamaan yang tercipta. Mencuri segenap waktu yang tercipta saat raga bertemu. Saat mata saling memandang, dan saat ego serta pendapat bertarung dalam ocehan yang tak pernah usai. Sahabat, sebuah komitmen tanpa jeda yang mengisi relung hati yang terdalam. Menelusupi tiap gurat waktu yang pernah tercipta, dalam kebersamaan yang tak ternilai. Aku dan mereka, dalam sebuah ikatan sederhana. Tentang mimpi dari masing-masing kepala yang saling terjaga, saling mengingatkan, saling menguatkan dan saling meyakinkan. Sebut saja, itu adalah komitmen, tentang aku, dan mereka. Tentang kita yang menjaga untaian tali persahabatan. Komitmen tanpa pamrih yang terjaga dalam sadar yang meraga.
:: Tulisan duet bareng @teguhpuja
Tidak ada komentar:
Posting Komentar