Minggu, 19 Februari 2012

Tunggu Aku di Kotamu

Angin menderu kencang. Meniup penutup leher yang kukenakan. Kulihat orang berlalu-lalang dengan tas dan kardus-kardus kecil bawaan mereka. Terlihat beberapa pasang keluarga yang terlihat pucat dan lelah.

Dari arah gerbong kuperhatikan satu per satu pasang wajah yang keluar dari sana. Setelah melewati sebuah perjalanan panjang melelahkan. Perjalanan melintasi waktu, saat matahari datang dan pergi ketika orang-orang itu berada di tempat yang sama.

Aku tertegun sesaat, sebentar lagi aku akan seperti mereka. Duduk di tempat yang sama. Melakukan perjalanan lintas waktu. Menghabiskan waktu dengan diam, tidur atau mendengarkan lagu. "Sebentar lagi," ucapku pelan kepada diriku sendiri.

Terdengar decit rem yang beradu dengan rel. Hembusan gas penanda telah berhenti seutuhnya pun bisa tertangkap telingaku. Kulirik jam tangan yang melingkar di pergelangan kanan. Harusnya sebentar lagi aku harus segera duduk di tempatku.

Terdengar suara pemberitahuan bahwa keretaku sudah tiba, dan sudah siap untuk dinaiki. Kulangkahkan kakiku. Berkelit di antara berpuluh manusia lainnya yang menghambur di peron. Menembus dinginnya angin malam yang menembus lapisan bajuku. Tersengat kulitku oleh dinginnya suasana.

"Permisi," ucapku pelan kepada wanita setengah baya yang satu tempat duduk denganku. "Saya nomor 17 A, Bu." Kemudian kusampirkan tas kecil yang kubawa. Lalu kududuki bangku yang sesuai dengan nomor tiketku.

"Mau kemana, Dek?" tanya Ibu paruh baya itu kepadaku dengan senyum yang tersungging di bibirnya.

Aku diam sejenak. "Mau ke Surabaya, Bu," ucapku mantap. Senyum terkembang pula di wajahku. Sebentar lagi. Aku akan kesana, ke kotamu. Tunggu aku disana dengan senyummu, dengan dekap hangat rengkuhan bahu milikmu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar