Rabu, 11 April 2012

Ironi

"BBM mau dinaikin, dan mahasiswa pada mau demo buat nolak kenaikan harga," ucap Rico kepada Deka. "Menurut lo gimana? Anak kampus lo ikutan demo gede-gedean lusa besok?"

"Kayaknya iya, Ric. Anak-anak kampus gua aja ga ikutan demo kayak begitu. Harga mati memperjuangkan hak rakyat. Kasian mereka, kenaikan harga BBM bakal berdampak besar sama harga-harga kebutuhan pokok." Deka berucap mantap kepada sahabatnya itu. Di sebuah cafe, mereka terlibat percakapan hangat seputar isu ekonomi dan sosial yang melanda negeri ini. "Anak-anak kampus lo sendiri gimana?"

Rico menyesap minumannya, tangannya mengaduk sebentar isi gelas kacanya dengan sedotan. Terlihat titik embun di bibir gelas saat dia ingin meminum ice cappuccino langsung tanpa menggunakan sedotan. "Kayaknya ikut, dan juga gua bakal ikut demo kayaknya."

"Oh ya?" Terlihat ekspresi terkejut di wajah Deka. Dia tak menyangka sahabatnya ini ingin turut ikut dalam aksi demo.

Rico mengangguk kecil. "Rencananya sih gitu. Menurut gua sih, sebenernya harga BBM ga perlu naik. Harusnya Pemerintah bisa memperketat dan menghemat pengeluaran negara. Lalu, korupsi juga harus ditekan sedemikian rupa, agar kebocoran anggaran ga terus terjadi." Rico mulai berteori dan menganalisis masalah. Berucap seperti seorang pakar ekonomi dan politik.

Deka mengangguk pelan, mendengarkan analisis-analisis sahabatnya itu sambil meminumannya perlahan. Dia sudah begitu paham dengan karakter Deka yang memang kritis. Analisisnya yang tajam membuat sahabatnya itu menjadi salah satu murid cemerlang di masa SMA dulu.

Pembicaraan antara Rico dan Deka terhenti sesaat, sebuah dering panggilan masuk di ponsel milik Rico, membuat obrolan kedua sahabat itu terjeda.

"Siapa, Ric?" tanya Deka kepada Rico sesaat setelah Rico menutup panggilan.

"Om Rian," ucap Rico seraya mengembangkan senyuman di wajahnya.

"Lalu?"

"Iya, dia nanya ke gua, dua minggu ke depan gua sibuk apa nggak."

Deka mendengarkan dengan seksama ucapan Rico, Om Rian adalah pamannya Rico yang menjadi anggota DPR. "Terus?" tanyaku sedikit penasaran.

"Dia ngajakin gua ikut dia ke Jepang."

"Ngapain? Ikut rombongan Om Rian buat study banding kesana, kan boleh ajak keluarga," ucap Rico enteng.

"Enak yah, jalan-jalan pake uang negara dengan kedok study banding." Aku berucap nyinyir pada Rico.

"Ya begitulah, De." Rico tergelak kecil menanggapi ucapan Deka. Seolah tak ada apapun yang salah dalam percakapan tadi. Ironis.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar