Latihan drama sudah selesai. Raisa berjalan menuju tas coklat miliknya, dan mengeluarkan handuk kecil untuk menyeka peluh yang merembas keluar dari pori-porinya. Sebotol air mineral dingin disorongkan Rama kepadanya. "Makasi," ucap Raisa kepada lelakinya itu. Senyum terkembang di wajah mereka berdua.
"Nanti mau langsung pulang?" tanya Rama kepada Raisa yang sedang terduduk.
Raisa mendongakkan kepalanya ke arah Rama yang berdiri di hadapannya. "Aku lagi kebagian jadwal piket, Sayang. Jadi harus beres-beresin properti dulu."
"Oh begitu, yaudah aku bantu."
Raisa-yang dibantu Rama-sudah hampir menyelesaikan tugasnya. "Ada yang ketinggalan nih," ucap Rama seraya menyerahkan properti berupa kumis palsu, seperti kumis Pak Raden. "Apa yg kamu pikirkan saat liat orang berkumis seperti ini?"
"Seorang Pak Tua yang kolot dan galak."
Rama tersenyum. "Iya juga sih. Tapi ga semuanya gitu. Kumis Pak Raden seperti ini ngajarin kita untuk tidak melihat seseorang dari luarnya aja."
"Iya, Sayang. Papaku kan berkumis seperti itu juga, tapi beliau baik hati, kan?" ujar Raisa yang disambut gelak tawa Rama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar