Selasa, 19 Juni 2012

Ramai


Suasana sore ini terlihat ramai. Terlihat beberapa pedagang sudah mulai kedatangan para pembeli. Sore ini di Jalan Malioboro, pusat perbelanjaan yang dicari oleh para pelancong sebagai tempat membeli souvenir khas kota Jogja, terlihat ramai lalu lalang para wisatawan–umumnya wisatawan domestik.

Aku duduk di tepi jalan, bersandar pada pohon yang berdiri tegak persis di tengah trotoar pejalan kaki. Beberapa titik peluh menetes dari sela cambang rambutku. Sore ini, matahari di Malioboro terasa panas. Aku menyeka peluhklu dengan handuk kecil yang selalu kubawa di dalam tas.

Malioboro selalu menjadi tempat menarik untuk menghabiskan waktu. Melihat berbagai macam wisatawan yang berkunjung ke sini, menjadi ajang cuci mata yang lumayan menyenangkanku. Bola mataku memandang dari ujung kiri Jalan Malioboro hingga ujung paling kanan yang terlihat. Berbagai macam souvenir dari mulai baju kaus, kemeja batik, tas batik, hingga gantungan berbentuk candi dijajakan oleh pedagang di sini. Dengan harga yang jauh lebih murah dan kekhasan benda-benda tersebut, banyak sekali wisatawan yang tidak pernah ingin melewatkan momen berbelanja di tempat ini.

Kukeluarkan sebungkus rookk dari saku celana, mengambil sepuntung dan membakarnya. Kuhirup dan kuhembuskan pelan-pelan tiap nikotin yang menjalar di rongga paru-paruku. “Ahh, surga dunia,” ucapku pelan. Bersantai di tempat yang menyenangkan dengan pemandangan yang tidak membosankan selalu menjadi surga mini bagiku yang sehari-hari berkutat dengan pekerjaan yang seolah tak ada habisnya.

Saat rokokku hampir habis terbakar, aku beranjak dari tempatku duduk. Berkeliling sepertinya menyenangkan, pikirku. Rokokku kubuang sebelum benar-benar habis tembakaunya. Kususuri jalanan di Malioboro, sesekali melihat-lihat barang yang mungkin bagus untuk dikoleksi.

Aku berjalan lambat. Toh, tidak ada yang memburu waktuku. Namun tidak dengan orang-orang lain, ada beberapa orang yang terlihat tergesa-gesa berjalan di sini. Kasihan sekali dia, tidak bisa menikmati suasana Malioboro sama sekali.

“Maaf,” ucap seorang wanita di belakangku saat di menabrakku. Aku berbalik untuk melihat wanita yang menabrakku itu. Tadinya aku ingin sedikit protes akibat ketidakhati-hatiannya itu. Namun urung kulakukan.
“Oh iya, nggak apa-apa,” ucapku kepada wanita tersebut. Wajahnya terlihat ayu dan manis, namun sayang, terlihat sedang murung dan bersedih. Kulihat dirinya membawa sebuah kotak, kemudian melanjutkan jalannya dengan cepat setelah meminta maaf kepadaku.

Kakiku tergerak untuk mengikutinya. Entah kenapa, seolah ada magnet kuat yang menempel di kakiku dan kaki wanita tersebut. Diam-diam aku ikuti arah ke mana wanita itu menuju. Dia terlihat berbelok ke kanan, lalu masuk ke dalam kedai kopi dengan nama Priya’s Coffee.

Dari luar kedai kopi aku memandang ke dalam. Terlihat wanita itu duduk di salah satu pojok ruangan. Kemudian dia membuka kotak yang dibawanya tadi. Ternyata sebuah kue coklat. Hey, dia menyalakan lilin? tanyaku pada diriku sendiri. Kemudian aku mengedarkan pandanganku, mencari seseorang lainnya yang mungkin akan datang menghampiri wanita tersebut, namun tak ada.

Terlihat dariku di luar kafe, melalui kaca tembus pandang, aku melihat dengan jelas apa yang dilakukan wanita itu. Dia menyalakan lilin, lalu seperti menggumamkan doa dan kemudian memotong kue itu sendiri, lalu akhirnya membagikan tiap potongan kue itu ke setiap pengunjung yang ada di dalam kedai. Terlihat dia memberikan kepada seorang wanita yang masih memakai pakaian pengantin yang sedang berbicara dengan seorang lelaki.

Pikiranku berputar sendiri, mengapungkan tiap pertanyaan atas tindakan yang tidak biasa dari wanita bermimik sendu itu. Kenapa dia terlihat sedih? Kenapa dia menyalakan lilin dan mengucapkan doa sendiri? Apakah wanita itu begitu kesepian? Padahal suasana di dalam kedai itu cukup ramai.

Tak ada jawaban. Hanya ada pertanyaan-pertanyaan baru yang semakin membuatku penasaran dengan wanita itu. Aku menghela nafas sesaat sebelum memutuskan untuk masuk ke dalam kedai kopi dan menyambangi tempat wanita itu duduk dan mencoba berkenalan dengannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar