Suasana
sore ini terlihat ramai. Terlihat beberapa pedagang sudah mulai kedatangan para
pembeli. Sore ini di Jalan Malioboro, pusat perbelanjaan yang dicari oleh para
pelancong sebagai tempat membeli souvenir
khas kota Jogja, terlihat ramai lalu lalang para wisatawan–umumnya wisatawan
domestik.
Aku
duduk di tepi jalan, bersandar pada pohon yang berdiri tegak persis di tengah
trotoar pejalan kaki. Beberapa titik peluh menetes dari sela cambang rambutku.
Sore ini, matahari di Malioboro terasa panas. Aku menyeka peluhklu dengan
handuk kecil yang selalu kubawa di dalam tas.
Malioboro
selalu menjadi tempat menarik untuk menghabiskan waktu. Melihat berbagai macam
wisatawan yang berkunjung ke sini, menjadi ajang cuci mata yang lumayan menyenangkanku.
Bola mataku memandang dari ujung kiri Jalan Malioboro hingga ujung paling kanan
yang terlihat. Berbagai macam souvenir dari mulai baju kaus, kemeja batik, tas
batik, hingga gantungan berbentuk candi dijajakan oleh pedagang di sini. Dengan
harga yang jauh lebih murah dan kekhasan benda-benda tersebut, banyak sekali
wisatawan yang tidak pernah ingin melewatkan momen berbelanja di tempat ini.
Kukeluarkan
sebungkus rookk dari saku celana, mengambil sepuntung dan membakarnya. Kuhirup
dan kuhembuskan pelan-pelan tiap nikotin yang menjalar di rongga paru-paruku.
“Ahh, surga dunia,” ucapku pelan. Bersantai di tempat yang menyenangkan dengan
pemandangan yang tidak membosankan selalu menjadi surga mini bagiku yang
sehari-hari berkutat dengan pekerjaan yang seolah tak ada habisnya.
Saat
rokokku hampir habis terbakar, aku beranjak dari tempatku duduk. Berkeliling sepertinya menyenangkan,
pikirku. Rokokku kubuang sebelum benar-benar habis tembakaunya. Kususuri
jalanan di Malioboro, sesekali melihat-lihat barang yang mungkin bagus untuk
dikoleksi.
Aku
berjalan lambat. Toh, tidak ada yang memburu waktuku. Namun tidak dengan
orang-orang lain, ada beberapa orang yang terlihat tergesa-gesa berjalan di
sini. Kasihan sekali dia, tidak bisa menikmati suasana Malioboro sama sekali.
“Maaf,”
ucap seorang wanita di belakangku saat di menabrakku. Aku berbalik untuk
melihat wanita yang menabrakku itu. Tadinya aku ingin sedikit protes akibat
ketidakhati-hatiannya itu. Namun urung kulakukan.
“Oh
iya, nggak apa-apa,” ucapku kepada wanita tersebut. Wajahnya terlihat ayu dan
manis, namun sayang, terlihat sedang murung dan bersedih. Kulihat dirinya
membawa sebuah kotak, kemudian melanjutkan jalannya dengan cepat setelah
meminta maaf kepadaku.
Kakiku
tergerak untuk mengikutinya. Entah kenapa, seolah ada magnet kuat yang menempel
di kakiku dan kaki wanita tersebut. Diam-diam aku ikuti arah ke mana wanita itu
menuju. Dia terlihat berbelok ke kanan, lalu masuk ke dalam kedai kopi dengan
nama Priya’s Coffee.
Dari
luar kedai kopi aku memandang ke dalam. Terlihat wanita itu duduk di salah satu
pojok ruangan. Kemudian dia membuka kotak yang dibawanya tadi. Ternyata sebuah
kue coklat. Hey, dia menyalakan lilin?
tanyaku pada diriku sendiri. Kemudian aku mengedarkan pandanganku, mencari seseorang
lainnya yang mungkin akan datang menghampiri wanita tersebut, namun tak ada.
Terlihat
dariku di luar kafe, melalui kaca tembus pandang, aku melihat dengan jelas apa
yang dilakukan wanita itu. Dia menyalakan lilin, lalu seperti menggumamkan doa
dan kemudian memotong kue itu sendiri, lalu akhirnya membagikan tiap potongan
kue itu ke setiap pengunjung yang ada di dalam kedai. Terlihat dia memberikan
kepada seorang wanita yang masih memakai pakaian pengantin yang sedang
berbicara dengan seorang lelaki.
Pikiranku
berputar sendiri, mengapungkan tiap pertanyaan atas tindakan yang tidak biasa
dari wanita bermimik sendu itu. Kenapa
dia terlihat sedih? Kenapa dia menyalakan lilin dan mengucapkan doa sendiri?
Apakah wanita itu begitu kesepian? Padahal suasana di dalam kedai itu cukup
ramai.
Tak
ada jawaban. Hanya ada pertanyaan-pertanyaan baru yang semakin membuatku
penasaran dengan wanita itu. Aku menghela nafas sesaat sebelum memutuskan untuk
masuk ke dalam kedai kopi dan menyambangi tempat wanita itu duduk dan mencoba
berkenalan dengannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar