“Kamu
mau bawa aku ke mana, Di?” ucap Amel saat diperjalanan. Tadi siang aku ‘menculiknya’
dari kampus. Meminjam mobil seorang teman, kini aku membawa Amel ke suatu
tempat yang istimewa.
“Nanti
kamu pasti bakal suka tempatnya kok, percaya sama aku.”
Lalu
lintas perjalanan tampak lengang, seperti aku tidak terlambat sampai di tempat
tujuan. Kulirk arloji yang melingkar di lengan kananku. Waktu menunjukkan pukul
3 sore. Hemm, cukup, ucapku menggumam
dalam hati.
Selama
perjalanan Amel selalu bertanya akan hal yang kulakukan, menanyakan tujuan aku
membawa kabur dirinya yang sedang ada kegiatan di kampus dan menutup matanya
saat ini. “Di, aku lepas yah penutup matanya,” ucap Amel meminta.
“Jangan
dong,” jawabku seraya menyingkirkan tangan Amel yang ingin membuka ikatan kain
hitam yang menutupi matanya. “Kalau kamu buka, nanti ga jadi kejutan lagi. Bersabar
yah, sebentar lagi sampai.”
Akhirnya
Amel diam, tidak lagi ribut mempertanyakan tujuan kami. Aku menghela nafas
lega, lalu kufokuskan lagi pandanganku ke jalan. Ponselku berdering. “Halo,
gimana? Sudah siap semua? Baik, makasi ya,” ucapku kepada seseorang yang
meneleponku.
Tempat
tujuanku sudah terlihat, di depan aku tinggal membelokkan mobil ke arah
parkiran. “Kita sampai,” ucapku pada Amel. “Tunggu yah, jangan dibuka penutup
matanya.”
Aku
keluar dari kursi kemudi, lalu memutar dan membukakan pintu untuk Amel,
kemudian kutuntun kekasihku itu menuju tempat yang sudah kurencanakan.
Terdengar
bunyi ombak yang berdesir, suara riak air raksasa yang berjumpa dengan daratan.
Semilir angin yang sepoi-sepoi menampar wajahku dan Amel, mengacak-acak
beberapa helai cuat rambut kami.
“Ini
di mana, Di? Di pantai yah? Pantai mana?” Amel kembali banyak tanya. Rasa penasaran
perempuanku ini memang sangat besar, dia selalu menyakan hal yang membuatnya
penasaran, terlebih dalam keadaan seperti ini.
“Nanti
kamu juga tahu kok, sebentar yah,” ucapku menuntun Amel ke suatu tempat. Dari tempat
kami berdiri matahari menantang tegak mata kami. Tidak terlalu menyilaukan,
sebab sinarnya sudah melemah, matahari sudah lelah bersinar terik sepanjang
hari ini. Kini saatnya dia untuk beristirahat dan pulang ke kaki langit. “Aku
buka yah, udah siap? Buka matanya pelan-pelan,” ucapku memberi instruksi pada
Amel.
Saat
penutup mata kulepaskan, Amel membuka matanya perlahan, sangat perlahan. Cahaya
jingga dari matahari sore ini langsung menyergap pupil matanya saat kelopaknya
dibuka. Amel menggerakkan tangannya untuk menutupi cahaya yang menyorotnya. Awalnya
mimik wajahnya terlihat bingung, lalu kemudian menjadi senyum dan akhirnya
pekiknya menggelegar. “Aaaakkhhh!!!! Pangandaran!!” Teriaknya sekuat tenaga.
Beberapa
kawanku sudah datang dan ikut bergabung denganku, kami berdiri di belakang
Amel. Saat Amel berbalik arah kepadaku, kami segera bernyanyi dengan kompak. “Happy birthday, to you… happy birthday to
you..”
Mimik
wajah Amel kembali menyiratkan tanda tanya, kemudian aku maju ke hadapannya. “Selamat
ulang tahun yah, Sayang,” ucapku pelan seraya menggenggam lembut jemarinya. Kemudian
kukecup keningnya. Kulihat wajahnya bersemu merah. Di depan kawan-kawannya yang
ikut menyiapkan kejutan ini, di pantai Pangandaran yang sangat disukainya dan
di hadapan senja yang dikaguminya, Amel melewatkan hari spesialnya dengan cara
yang spesial. Aku tersneyum, rencanaku tak meleset. Wajah bahagia terpatri
jelas di wajah perempuan yang sangat kucintai itu.
Kuarahkan
wajahku pada panorama senja yang sedang pada momen puncaknya; saat kemilau
jingga benar-benar matang. Aku tersenyum dan mengangkat kedua lenganku. “Yeah!!”
ucapku berteriak menuangkan segala kebahagiaanku juga.
Amel
yang tadi sibuk meladeni kawan-kawannya yang mengucapkan selamat ulang
tahunnya, kini berdiri di sampingku. “Terima kasih, Sayang. Aku bahagia banget.”
Dadaku
semakin menghangat mendengar ucapan itu. Senyumku mengembang lebar.
“Pantainya
indah yah,” ucap Amel.
“Yap,”
jawabku menatap kemilau jingga yang mencermin di sana. “Jingganya keren.”
“Bukan,
tapi kemilau warna birunya air lautnya. Aku suka sekali warna itu, selalu
terasa teduh saat memandangnya,” ucap Amel yang menimbulkan tanya padaku.
Sejak kapan Amel suka dengan warna
biru?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar