“Aku menginginkan pertemuan,” ucapmu menusuk dadaku.
Katamu terdengar tegas tanpa bisa ditawar lagi.
You know all the things I've said
You know all the things tha we have done
Kelu menyapa bibirku, menguapkan kata-kata yang sudah kupersiapkan, dan hilang tak bersisa terbawa oleh angin keheningan. Aku menghadirkan diam sebagai jawaban.
“Aku lelah, menunggu adalah sesuatu
yang jauh dari kata menyenangkan. Dan aku sudah lelah.” Terasa getar suaramu di
telingaku. Dari speaker handphone, suaramu mengabarkan berita duka yang
kutakutkan, namun kutahu hal ini akan tiba.
Sejenak jeda hadir di antara
percakapanku dengan Rani, kekasihku. Ya saat ini dia masih kekasihku, saat ini.
Dalam diam aku menyusun kata-kata, bukan sebuah pembelaan dari sebuah
kesalahan, hanya sebuah pernyataan.
“Apa yang sebenarnya kamu inginkan?
Sebuah pertemuan? Minggu depan akan kuusahakan, tapi aku tak berani
menjanjikannya. Aku akan berusaha. Sebab sudah banyak janji pertemuan kita yang
gugur,” ucapku memecahkan hening yang menyergap percakapan ini.
I will fly into your arms
And be with you
Till theend of time
Why are you so ar away
You know it's very hard to me
To get myself close to you
I will fly into your arms
And be with you
Till theend of time
Why are you so ar away
You know it's very hard to me
To get myself close to you
“Menunggu lagi? Maaf, sepertinya
aku tak sanggup menunggu lebih lama. Aku lelah, kau tahu itu?”
“Ketahuilah Rani, ketika kamu lelah
dengan penantian untuk bertemu, aku pun demikian. Ketika kamu kecewa dengan
batalnya rencana kita, aku merasakan hal yang sama. Kamu tidak sendirian, sebab
pun tahu bagaimana rasanya.
Sekarang, apa yang sebenarnya kamu
inginkan? Sebuah perpisahan kah?” ucapku menggantungkan pertanyaan. Menunggu
jawaban yang akan dikeluarkan Rani, hatiku sedang mereka-reka apa yang ada
dalam pikirannya.
Yang kutunggu tak jua tiba. Rani
memilih diam. Hanya deru nafas yang samar terdengar, sepertinya dia sedang
sibuk menenangkan gejolak emosinya, layaknya aku sekarang.
“Jika memang sebuah perpisahan akan
membuatmu lebih tenang, akan kuberikan walau aku tak inginkan itu. Aku sudah
berusaha untuk pertemuan kita. Hanya saja waktu sepertinya tak berpihak pada
hubungan kita. Dan dayaku tak kuasa merayu waktu agar dia mau mendukung
pertemuan kita.”
Rani tetap bergeming, dia masih
diam mendengarkan monologku. Aku tersenyum pahit saat memikirkan hal ini,
memikirkan sebuah pertemuan yang begitu diinginkan, namun sangat susah untuk
dilakukan.
You're the reason why I stay
You're the one who cannot believe
You're the reason why I stay
You're the one who cannot believe
Inilah kisah yang paling memilukan,
kisah tentang sepasang kekasih yang tak pernah bertemu. Tentang sepasang hati
yang begitu menginginkan pertemuan, namun tak pernah terjadi. Kisah tentang
kepercayaan yang tergerus oleh penantian, yang kalah oleh waktu. Kesabaran pun
tak bisa menahan gejolak rindu yang tertahan.
“Bukan aku, tapi waktu yang sering
mendustakan harapan kita,” ucapku seraya mendesah pelan. Telah habis
kata-kataku. Kini keputusan ada di tangan Rani. Apa yang diinginkannya adalah
keputusan yang kutempuh. Aku tahu, kini aku telah di batas akhir hubungan
bersama Rani.
“Kak,” ucap Rani kepadaku. “Terima
kasih, dan mohon maaf. Aku ingin kita tetap berhubungan baik”
Palu telah diketuk, keputusan sudah
dijatuhkan. Aku tersenyum getir, tidak ada perpisahan yang menyenanangkan. “Baiklah,
semoga kamu bahagia. Aku selalu mendoakan.”
“Jika nanti kamu benar-benar
datang. Akan kusambut dirimu di kota ini.”
“Ya, pasti. Aku akan menghubungimu
jika suatu hari berkunjung ke kotamu, nanti.”
I wanna get
I wanna get
I wanna get close to you
I wanna get
I wanna get
I wanna get close to you
Percakapan selesai, dan Rani
menutup panggilan. Sesaat kudengar isak sebelum dia menutup pembicaraan
telepon. Terdengar samar, namun meyiratkan kesedihan yang cukup dalam. Aku pun
seperti itu, namun tanpa kata-kata dan air mata.
Aku pernah terjatuh lebih hebat
dari ini, pernah menghadapi perpisahan yang lebih getir dari ini. Mungkin, dia
sudah kebal dan perpisahan ini tak akan menuai luka dihatiku. Semoga waktu dapat mendamaikan gemuruh di
dada ini. Semoga, harapku.
sumber foto: andysphotoartwork.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar