Sabtu, 15 Juni 2013

Hujan, Dan Juni Yang Terlampau Tabah

Disela derai rindu, kata-kata memainkan peran
Kepada hujan, kepada rintik yang merebahkan diri kepada bumi
Juni, dia terlalu tabah untuk menanggung beban

Katanya, tidak ada yang lebih tabah dari hujan bulan Juni.
Dia bijak, dia arif, dan dia tabah.
Dan nyatanya, begitulah adanya.
Dia, Juni, adalah yang rela menanggung segala hujan disekujur tubuhnya

Rindu, ialah cinta yang terlampau sering dibiarkan bermandikan hujan
Ketabahan yang sudah terlampau bosan untuk menenangkan resah
Dan hujan di bulan Juni, ialah penghilang jejak-jejak sunyi
Di hati; jalan lapang yang telah lama tidak ditapaki.

***

"Apa yang terpikirkan olehmu saat mendengar kata 'Hujan' dan 'Juni'?" tanya seorang yang berdiri di samping tempat aku mendudukkan diri.

Hari ini adalah salah satu hati diantara hari-hari yang ada di bulan Juni, dan saat ini hujan sedang turun; deras. Aku menutup buku yang sedang aku baca, mendongakkan kepala, melihat siapa yang berbicara kepadaku. "Sapardi," jawabku singkat dengan nada yang sangat datar. "Lalu menurutmu?"

"Perempuan yang terlampau tabah."

Aku menaikkan alis mata sebelah kiri. Mencerna satu kata yang diucapkan seseorang yang bahkan tidak kukenal siapa dia. "Maksudmu?"

"Ya, Hujan di bulan Juni ialah perempuan yang begitu tabah. Dia menunggu Juni untuk melepaskan kesedihannya. Agar airmata tersamarkan oleh hujan."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar