Kamis, 07 November 2013

Sebuah Puisi Untuk Bibirmu Yang Perawan



“Aku jatuh cinta.” Pernah aku mengucapkan kepadamu di suatu senja yang memesona.
“Pada siapa?” Kau mengucapkan kalimat tanya itu dengan sorot mata bahagia. Seperti seorang kekasih yang mendengar kabar kekasihnya akan kembali.
“Pada bibirmu yang perawan.” Lalu kulihat kau memandangku lesu.
“Sudahlah, jangan bercanda.” Kau berkata seolah aku pembual yang ulung. “Tolong, buatkan aku sebuah puisi. Aku ingin mendengarnya lagi.”
“Ya, andai saja ini adalah sebuah lelucon. Mungkin hal ini adalah lelucon yang akan aku tertawakan suatu hari nanti.”
“Kapan?”
“Nanti, ketika aku sudah lelah untuk menuliskan puisi untuk seorang perempuan yang tak lelah menanti kekasihnya yang tak pernah kembali.”



*Diikutsertakan dalam #FF100Kata di sini

Tidak ada komentar:

Posting Komentar