Kamis, 13 November 2014

Air Manusia

Irwan tersenyum lega saat melihat bidan keluar dari dalam ruang bersalin. Bidan tersebut menggendong seorang bayi yang kulitnya masih putih kemerahan. Bayi itu tampak cantik dan kulitnya bersih.

Bayi terlahir dalam kondisi suci, dan bersih; seperti air. Air yang mengalir dari mata air selalu dalam kondisi murni dan bersih, pun begitu dengan manusia yang lahir dari mata air di rahim ibunya. Namun waktu dan proses kehidupan akan selalu dapat mencemari kemurnian tersebut.

Air mengalir dari bukit, lalu turun melalui anak-anak sungai, kemudian berjumpa dengan manusia, hewan dan tumbuhan. Lalu air tersebut bergaul dengan mereka dan tak lagi murni. Akan ada sampah yang mencemari air tersebut.

Pun juga dengan manusia. Kala bayi itu beranjak dewasa atau didewasakan waktu, ia akan bertemu dengan manusia lainnya. Kemudian kesedihan, duka, kesalahan, dosa dan dusta menjadi sampah yang senantiasa mengotori hati manusia; mencemari air yang tadinya bersih dan murni.

Seperti air, tiap manusia akan memiliki tempat perhentian terakhir. Setiap orang akan kembali kepada-Nya dalam keadaan yang tidak lagi suci, seperti air yang kembali ke laut; pulang ke tempat peristrahatan terakhirnya.

Irwan terdiam memandangi putri pertamanya, dan menggendong dengan tulus, dan berjanji agar kehidupan tak terlalu mencemari putrinya yang bersih seperti air ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar