Senin, 16 Januari 2012

Ada Dia Di Matamu

Katamu, cinta itu akan datang karena terbiasa. Cinta akan tumbuh dan berkembang seiring berjalannya waktu. Katamu juga, cinta itu seperti tunas yang tumbuh di lapangan. Tidak akan pernah menjadi pohon yang rindang dan berbuah kasih sayang dengan cepat. Selalu ada proses di dalamnya, akan selalu menuntut kesabaran untuk menumbuhkannya.

Aku selalu percaya akan hal itu, bahkan sampai saat ini, hatiku selalu meyakini akan ada cinta yang tumbuh di hatimu. Segenap perasaanku dengan sabar kutunggu cinta yang kuberikan padamu akan berkembang menjadi pohon yang rindang dan berbuah penuh kasih sayang. Aku bersahabat dengan waktu, dengan luka yang selalu menggoresku secara sadar dan kuterima.

Hari ini sudah sepuluh tahun berlalu. Sejak kita dijodohkan oleh kedua orangtua kita. Hari ini adalah hari dimana sepuluh tahun yang lalu kau harus meninggalkan kekasih tercintamu karena perjodohan denganku. Aku sudah bersahabat dengan waktu selama sepuluh tahun, memberikan hati dan cinta kepadamu. Sepuluh tahun aku berusaha membesarkan tunas cinta di antara kita, berharap menjadi besar dan berbuah cinta yang manis.

Namun waktu dengan kejam menghianatiku. Dia tetap seperti sebelumnya, terus menggoreskan luka di dasar hatiku. Hari ini adalah hari ulang tahun pernikahan kita yang kesepuluh. Tapi aku masih tak melihat diriku di dalam kedua bola matamu. Hanya ada wajah dia -kekasih tercintamu- yang terefleksikan di kedua matamu yang bening. Dan aku hanya dapat tersenyum getir akan penghianatan yang waktu berikan padaku. Sepuluh tahun belumlah cukup bagimu membuat diriku ada di pandanganmu. Masih dia yang betengger di pelupuk matamu. Bukan aku.

3 komentar: