Rabu, 12 Februari 2014

Aku Menyayangimu, Ibu.

Bagiku, ibu adalah segalanya. Matahari bagi duniaku; pusat dari segalanya. Ketika aku merasa sedih, hanya ibu yang sanggup meredakan kesedihanku dengan sekejap. Pelukannya begitu hangat, dan rengkuhan lengannya begitu pas melingkari punggungku.

Aku menyayangi ibu. Ibu selalu menenangkan gelisahku ketika aku bersedih. Ibu selalu menyemangati diriku. Acap  kali ibu memelukku, segala kesedihan menguap, berganti menjadi perasaan yang begitu hangat dan menenangkan. Bagiku, ibu adalah segalanya.

Aku menyayanginya.

***

Namun, semua itu perlahan berubah, sejak ibu mengenal lelaki tua itu.
Aku tak pernah menyukai lelaki itu. Lelaki tua yang sering mengantar ibu pulang. Lelaki paruh baya berusia hampir 50 tahun itu juga sering datang ke rumah dan mengajak ibu–dan aku–berpergian.

Aku tak menyukai lelaki tua itu.

***

Bagiku, ibu adalah segalanya. Saat ini dia sedang menangis dihadapanku, memeluk tubuh kaku lelaki tua itu. Tubuhnya sudah kaku. Aku tersenyum. Setelah ini, ibu tetap hanya milikku. Di tanganku, pisau kecilku baru saja berhasil memutus urat leher lelaki tua itu.

Aku menyayangi Ibu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar