Rabu, 26 November 2014

Doa Untuk Kekasihku

Aku ingin menjadi cahaya, agar kamu tak tersesat, dan langkahmu aman tanpa takut tersandung, terjatuh atau bahkan terjerembab. Dulu katamu, hal yang paling mengerikan ialah terjebak dalam kegelapan, lalu kita tak tahu ke mana kaki melangkah, apa saja yang sudah kaki kita tapaki, dan tempat apa saja yang sudah kita singgahi.

Kekasih, aku ingin menjadi penerang bagimu, agar langkahmu lebih waspada dan kakimu tak terluka saat menapaki jalan kehidupan yang penuh dengan duri.

Suatu hari aku berdoa kepada Tuhan, Jadikan aku cahaya, agar kekasihku tak lagi berada di dalam kegelapan. Matanya telah menjadi cahaya bagiku, dan kini izinkan aku menjadi cahaya bagi matanya.

“Maaf selalu merepotkanmu,” ucap Gia suatu hari kepadaku.

Aku tersenyum dan mengetukkan jariku sebanyak dua kali ke telapak tangannya. Sesudah itu kami kembali berjalan tanpa peduli tatapan orang lain yang melihat kami. Sepanjang jalan aku menautkan jemariku di sela-sela jemarinya. Mengusir hawa dingin yang diam-diam memeluk sekujur tubuh kita masing-masing.

“Aku memang takut gelap, tapi setidaknya jika bersamamu, aku tidak sendirian saat menghadapinya.” Aku mendengar jelas kata-kata yang kamu ucapkan kepadaku di sore terakhir itu. Lagi-lagi aku tersenyum saat mendengarnya, lalu kuraba pipimu dan kusap pelan.

Sore itu adalah sore terakhirku bersamamu. Setelah sore itu, Tuhan memanggilku dan tidak memperpanjang kontrak roh yang menghuni tubuhku.

Entah selama beberapa hari atau beberapa minggu atau beberapa tahun aku hanyut dalam kegelapaan. Aku tidak bisa menghitung dengan pasti waktu yang sudah terlewati, sebab waktu adalah perihal yang paling tidak pernah dapat dipastikan dengan baik. Selama itu aku tak melihat apa-apa. Gelap. Akhirnya aku paham bagaimana rasanya menjadi kamu.

Kini, setelah sekian lama, aku rindu kekasihku. Tuhan, aku rindu kekasihku, izinkan aku untuk dapat melihatnya kembali. Untuk kedua kalinya aku berdoa.

Kesokan harinya, Tuhan menjawab kedua doaku secara bersamaan. Malam itu aku melihat kekasihku, Gia, baru pulang entah dari mana. Dia terlihat jauh lebih cantik dan juga dewasa. Aku melihat sekelilingku, dan mendapati diriku berada di ruang keluarga rumah kekasihku tersebut.

Tuhan mengabulkan doaku.  Aku kembali melihat kekasihku dengan cukup jelas, dan juga menjadi cahaya.


“Pa, itu chandelier kapan dibelinya? Kok aku baru lihat?” tanya Gia saat melihatku. Aku memekik girang, tubuhku bergoyang. Akhirnya kekasihku dapat melihat cahaya.

7 komentar:

  1. Mata baru Gia, dari? jangan-jangan...Si Akunya jadi chandelier atau cahaya? *banyak nanya :D

    BalasHapus
  2. si aku ngasih matanya buat Gia?

    BalasHapus
  3. Pacarnya ada lagi tapi wujudnya beda, ya?

    BalasHapus
  4. Bagian terakhir cerita sama sekali tak memberi petunjuk atas banyak pertanyaan, Danis. Malah jadi semakin bertanya-tanya. :)

    BalasHapus