Minggu, 13 Januari 2013

Pukul Dua Dini Hari

Pertemuan pertama dengan kesan yang baik, biasanya akan berlanjut dengan pertemuan berikutnya. Dan jika pertemuan berikutnya kembali berjalan baik, umumnya akan lanjut ke tahap komunikasi yang lebih akrab. Setidaknya, seperti itulah yang aku alami saat ini.

Sudah dua bulan berlalu sejak pertemuan pertamaku dengan Rani di sebuah acara launching buku. Diperkenalkan oleh Sony dengan cara yang agak konyol. Ya, saat itu aku terlalu sok untuk menolak diperkenalkan kepada teman-temannya Sony, termasuk kepada Rani.

Tapi, aku harus menelan segala gengsiku. Rani terlalu sulit untuk diabaikan. Pesonanya sanggup membuatku gugup saat itu. Dari mata turun ke hati, dan Rani sudah mencuri perhatianku pada saat itu.

Berawal dari perkenalan pertama yang agak canggung, berlanjut obrolan dan basa basi cerita yang cukup lancar membuatku dapat mengenal lebih banyak tentang Rani. Anak kedua dari tiga bersaudara dan anak perempuan satu-satunya dirumah. Menyukai novel, suka membaca, dan pnggemar berat novel series Harry Potter.

Berkatnya, akhir-akhir ini aku mulai membaca novel, tentu saja novel Harry Potter yang dipinjamkannya. Sebelumnya, membaca novel membuatku sedikit pusing, sebab hanya ada kata-kata dan harus membaca berlembar-lembar halaman. Aku lebih suka membaca komik.

Perlahan aku mulai menyukai novel, sejak membaca novel Harry Potter yang dipinjamkan Rani. Berimajinasi, membayangkan isi cerita di dalam kepala sendiri dan obrolan-obrolan seputar novel yang dibaca menjadi hal yang menyenangkan bagiku saat ini, terutama saat membicarakan isi novel Harry Potter dengan Rani, terasa sangat menyenangkan.

Hari ini, tepat dua bulan sudah aku berkenalan dengan Rani. Sudah beberapa kali bertemu sejak pertemuan pertama, hanya untuk sekedae ngobrol dan makan siang berdua atau berkumpul dengan teman komunitas pembaca yang lain. Ya, kini aku resmi menjadi anggota mereka.

Aku sangat mengingat hari ini. Sejak perkenalan dengan Rani dua bulan lalu, saat ini adalah rentetan obrolan terpanjang yang kulakukan dengannya. Di BBM, kami membicarakan banyak hal, dari obrolan tentang novel apa yang sedang kubaca, novel bagus apa yang wajib dibeli, review sebuah novel di Goodreads, jadwal acara launching novel penulis senior, dan hal lainnya.

Obrolan BBM yang dilakukan sejak jam sebelas malam, tiga jam yang lalu, tidak terasa membosankan. Selalu ada bahan obrolan lain yang muncul ketika satu topik obrolan sudah selesai dibicarakan. Mengalir begitu saja.

Rani adalah lawan bicara yang menyenangkan, dan pintar. Dia mengetahui banyak hal. Nilai tambah yang membuatnya semakin terlihat menarik, disamping parasnya yang memang sudah membuatku tertarik dengannya sejak awal.

Kulihat jam dinding menunjukkan pukul dua pagi, saat Rani berujar dirinya sudah mengantuk dan ingin tidur. Obrolan pun harus diakhiri segera.

Irfan Lesmana: "Selamat beristirahat yah. Selamat pagi."

Kukirim sebuah pesan terakhir kepadanya melalui BBM.

Maharani Kinanti: "Yap, selamat tidur juga. Kapan-kapan lagi yah. Kamu teman ngobrol yang menyenangkan."

Senyumanku mengembang saat membaca pesan penutup itu. Aku ingat, saat ini pukul dua dini hari, dan aku tidak lagi tertarik kepadanya. Perasaanku sudah naik pangkat menjadi suka terhadapnya.

Aku merebahkan tubuhku di kasur. Mataku lurus menatap langit-langit kamar. Pagi ini aku secara resmi aku menyukai Rani. Lalu bagaimana dengannya? Dia hanya menganggapku sebagai teman ngobrol yang menyenangkan. Mungkin tidak bisa lebih, saat ini dia sudah memiliki kekasih. Apakah Rani akan menyadari bahwa aku menyukainya? tanyaku di dalam hati. Kuhembuskan nafas-cukup panjang. "Entahlah, biarkan saja. Semoga waktu memperlihatkan kenyataan ini kepada Rani," ucapku bermonolog.

2 komentar: